Oleh: M. I. Syafi’i*
Dan
janganlah kamu memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak.(Q.S.
al-Muddassir;6)
Sang surya
Dalam hal beramal, khususnya memberikan sesuatu yang
terbaik ini, Allah telah memberikan batasan-batasan yang jelas. Batas inilah
yang seharusnya dipraktikan oleh seorang guru. Bagai sang surya menyinari dunia. Tanpa kenal pamrih. Berupaya
semaksimal mungkin, mengantarkan muridnya, bagaiman menjadi seorang anak yang
baik.
Dalam melaksanakan tugasnya yang mulia itu. Rasa kasih
sayang sang guru memupuskan harapan untuk mendapatkan balasan dari semua yang
dia curahkan. Seorang guru, awalnya beliau selalu membiayai kegiatan-kegiatan
yang dianggap oleh beliau, dapat menunjang dan mendukung sebagai profesinya. Pada setiap waktu luang, beliau sempatkan untuk membaca buku atau mengikuti
seminar. Itu dilakukan oleh beliau, juga untuk menambah
wawasan dan memperbanyak ilmunya. Rela berkorban, mengeluarkan biaya yang
sebenarnya bukan tanggung jawab seorang guru.
Di lain kesempatan, berkah usahanya ini beliau
ditawari untuk berkeliling dunia, berkunjung ke sekolah-sekolah di berbagai
negara. Dan sekaligus menjadi duta, dalam misi memberi motivasi kepada guru di
daerah yang akan beliau kunjungi. Tak dinyana, tawaran emas itu ditolaknya dengan alasan, beliau tidak mau kalau meninggalkan murid-muridnya
terlalu lama.
Terlihat wajar, bila yang melihatnya dari sudut rasa
cinta. Cinta dan sayang pada anak
didiknya. Dia tahu, tak apa, bila bekorban pada kesempatan emas itu. Akan
tetapi dia masih dapat memberi pelayanan kasih sayang pada muri-muridnya.
Terlihat jelas, kalau seorang guru menjalankan profesinya dari dasar cinta.
Karena darinya akan muncul sebuah komitmen dan curahan sepenuhnya bagi
keberhasilan dan kemajuan anak didiknya.
Kebaikan Allah
“Dan berbuat
baiklah kamu sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu.”(Q.S. al-Qasas [28]: 77). Inilah
lanjutan, yang seharusnya menjadi dasar seorang guru dalam membangun relasi
dengan muridnya. Bagaimana
mencontoh sifat-Nya yang Agung ini. Dia-lah sang Pemberi segala kebaikan.
Arrahman dan Arrahim-Nyalah yang menjadi rahmatan
lil’alamin yang tak terhitung. Yang hanya memberi tak harap kembali.
Kita bisa membayangkan, bila Allah meminta bayaran
atas kebaikan-Nya, yang telah membebaskan oksigen untuk dihirup sehari-hari.
Bagaimana dengan matahari sebagai sumber panas utama di bumi? Yang tak terukur nilainya, tanpa henti menyelimuti
dengan kehangatan bagi kehidupan bumi dan seluruh isinya? Orang paling kaya sekalipun pasti tak akan mampu
membayar itu semua.
Tapi dengan kasih sayang-Nya, Allah tetap memberikan untuk kita dan makhluknya. Tak
peduli sikap prilaku manusia pada-Nya, tak pilih kasih miskin atau kaya, tak
membedakan mereka yang beriman atau yang ingkar. Bagi guru yang paham dan
mencintai anak didiknya dan profesinya sebagai guru, dipastikan tak akan
mendapat kesulitan dalam memberikakan yang terbaik. Cinta akan mampu membuat
seseorang senantiasa berkorban dan
memberikan yang terbaik kepada yang dicintainya.
*) Penulis adalah anggota
API (Asosiasi Penulis Islam) dan tinggal di
+ Komentar + 11 Komentar
assalamualaikum,, perdana disini,, izin follow dulu,, salam
kunjungan balasan sambil baca2 dan sekalian follow di 3, ditunggu folbacknya, salam kenal sob
okay,, terima kasih semuanya.. ;)
itulah ALLAH tak memandang siapa, kayak, atau miskin, karena semua sama di hadapan ALLAH
assalamu'alaikum
@zhintho: manifestasinya adalah kita melaksanakan shalat berjamaah di masjid.
@MAya: w'alaikum salaam..
luar biasa ustadz, dulu ada tuh blog api tapi kepanjngannya asosiasi penulis ideologis. apa blog ini ada kaitannya ya? tapi kalo lihat bahasa2nya ini kayak dari harokah jamaah tabligh
Wista Malang - assalamualaikum..
terima kasih sudah berkunjung di Kota Malang yang dingin namun sudah agak panas. tapi mungkin tidak lebih panas dari surabaya, hehe..
kunjungan perdana disini sahabat. dan menanggapi artikel diatas, memang sudah seharusnya kita memberi sembari mengharap sesuatu yang lebih. ikhlas, dan berserah diri kepada Allah swt.
semoga bermanfaat sobat. thanks :)
@rusydi hikmawan : secara keorganisasian tidak ada, mungkin hanya namanya saja yg hampir sama. tulisan2 yang dimuat di sini hanyalah kumpulan tulisan yg ditulis anggota kami. mungkin, klau gaya tulisan yg dimaksud itu lebih berdasar pada latar blakang personelnya masing2. bukan pengkhususan secara keseluruhan anggota.
@Outbound di Malang: haa,,, iya ya.. kota yg dulu dikenal sejuk n dingin sekarang sdah pada mulai memanas. huft..
secara informasi saja kalau amalan kita diketahui orang. jangan mencari-cari simpati. karena demikian adalah penyakit hati yang menggugurkan keikhlasan beramal.
sYukran Atas komentnya. :)
ikhlas lah selalu dalam memberi, semoga Allah menjadikan kita ahli sedekah yang ikhlas...amien :)
ya, setuju, sobat..
apa yang Allah balaz adalah lebih utama daripad abalasan orang lain..
Posting Komentar
Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..