Hilangnya Harkat Martabat Seorang Wanita

Oleh: Ali Rasidin*

Pada  dasarnya, kita  sebagai kaum Muslimin dan Muslimat  khususnya bagi kaum  wanita jilbab adalah salah satu permasalahan yang sangat besar, karena di dalam Agama Islam   dianjur-kan  untuk memakai jilbab. Bukan hanya  dari segi itu saja, bahkan  ketika Nabi SAW menjadi  pemimpin beliau   juga memerintahkan para wanita Muslim  untuk memakai jilbab agar  mereka  terjaga dari fitnah dan  menutupi  hal-hal yang tidak pantas dilihat  oleh kaca mata Islam,  se-hingga terjaga keimanan mereka kepada Allah. Dalam hal ini Allah  memaparkan di dalam se-buah ayat di  dalam al-Qur’an surah al-Ahzab [33] ayat 59 yang artinya:
“Wahai, Nabi, katakan-lah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-isrti orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menuntupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Dari ayat ini kita bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa, seluruh kaum wanita,  yang telah mengikrarkan dirinya sebagai hamba Allah SWT, agar membudayakan gerakan berjilbab, agar tercipta suasana yang mencerminkan keislaman dan ketakwaan.
Secara garis besar, di zaman sekarang ini, banyak kaum hawa  mengenakan jilbab namun masih menampilkan lekak-lekuk tubuhnya. Ini adalah cerminan  karakter yang belum memahami apa esensi jilbab itu sendiri. Salah satu contoh yang bisa kita lihat dari teropong kehidupan, coba Anda pergi ke mall-mall, supermarket, dan taman-taman hiburan lainnya, di sana Anda akan me-nemukan sosok-sosok wanita yang , dengan bangga, mempersembahkan lekak-lekuk tubuh me-reka serta ditambah dengan imbuhan-imbuhan gaya berbicara yang penuh sensasi dalam rangka mengundang perhatian. Padahal katanya dirinya adalah seorang Muslimah.
Pada akhirnya, tidak sedikit kaum wanita di zaman sekarang ini telah banyak kehilangan kehormatanya  dan   rela  menjual  harkat dan martabat mereka sebagai wanita  Muslimah,  agar nama mereka menjadi popular. Padahal   semua itu hanya  potret dunia metro  yang  glamour, he-donis, dan sensual, yang penuh kamuflase, yaitu bagi wanita-wanita yang telah putus  urat saraf malunya.  Telah jelas sebagaimana ayat lain mengatakan betapa pentingnya memakai  busana yang Islami dan mengenangkan jilbab, yang menutupi seluruh bagian tubuh yang dianggap bisa membawa musibah dan masalah bagi masa depanya  sebagai seorang muslimah  yang menanam-kan  nilai-nilai keimanan  di dalam dirinya, sebagaimana  yang dicantumkan di dalam Qur’an Surah al-A’raf [7] ayat 26, yang artinya:
“Hai anak cucu Adam, sesungguhnya Kami telah menyediakan pakian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa,  itulah yang paling baik. Demikianlah sebagian dari tanda-tanda kekuasan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”
Inilah yang harus disadari oleh kaum wanita agar meningkatkan ghirah dalam memakai  jilbab.  Dan hal ini kita dapati pada sabda Rasullah SAW, tentang wanita-wanita yang berpakain namun hakikatnya telanjang dikarenakan minimnya pakaian mereka dan tipisnya bahan kain yang mereka  pakai. Yang demikian ini sesuai dengan  komentar ibnu Abdi al Barr RA, ketika menjelasakan sabda Rasullah SAW tersebut. Ibnul ‘Abdi al Barr mengatakan,wanita-wanita yang dimaksudkan Nabi  SAW adalah yang memakai pakain tipis membentuk tubuhnya dan  tidak menutupinya. Maka mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian pada lahirnya dan telanjang pada hakikatnya. (diknukil oleh Suyuthi di dalam Tanwirul Hawalik 3/103)
Jadi, sebagai catatan penting  bagi kita dari  hadist di atas adalah, hendaklah seorang muslimah memakai busana dan jilbab yang berlandaskan hukum-hukum Agama, dan yang di-cintai Allah dan Rasul-Nya, agar derajat seorang Muslimah memiliki derajat yang tinggi dan mendapatkan kehidupan yang harmonis  untuk kehidupan dunia dan akherat  kelak.
Sekali lagi, penulis menyampaikan bahwa, jangan heran kalau keburukan sudah menjadi hal yang wajar sedangkan kebaikan kian menjadi hal yang aneh. Mudah-mudahan kita  tidak termaksud bagian darinya.

*) Penulis adalah anggota API (Asosiasi Penulis Islam)
Teruskan :

+ Komentar + 1 Komentar

27 November 2011 pukul 19.44

Wisata Outbound Malang - mengutip "jangan heran kalau keburukan sudah menjadi hal yang wajar sedangkan kebaikan kian menjadi hal yang aneh. Mudah-mudahan kita tidak termaksud bagian darinya"
aminn..aminn, ya Rabbal alaminn..

Posting Komentar

Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Asosiasi Penulis Islam (API) Surabaya - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger