Oleh : A.
Nafi’*
Kehidupan
manusia pada saat ini, menunjukkan perkembangan yang sangat luar biasa dalam
hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun perkembangan tersebut tidak sejalan
dengan kondisi moral pada generasi masa kini. Moral manusia pada umumnya telah
mengalami kemrosotan, bahkan kerusakan.
Begitu banyak
lembaga-lembaga pendidikan dibangun dengan dilengkapi fasilitas yang canggih,
namun tidak dapat mengantarkan manusia menjadi lebih beradab dan bermoral.
Tawuran, pornografi, pornoaksi seolah telah menjadi agenda tontonan rutin.
Berita-berita tindak kriminal, pergaulan bebas, siswi SMA/SMP hamil di luar
nikah dan aborsi, semakin akrab ditelinga kita.
Pendidikan
sekuler
Ada seorang
guru masuk ruang kelas. Kemudian ia bertanya kepada murid-muridnya. “Apa
pelajaran hari ini?” Kemudian murid-murid menjawab, Geografi.” Di sekolah pada
umumnya, dalam pelajaran geografi, guru mengetengahkan murid pada berbagai nama
ibu kota negara, hasil produksi di berbagai negara, jenis hewan dan
tumbuh-tumbun beserta penyebarannya, barang ekspor impor dan lain sebagainya.
Di samping itu guru juga menekankan pada murid untuk menghafalkannya.
Demikian halnya
dalam pelajaran-pelajaran lain, seperti sejarah, biologi, dan yang lainnya.
Proses pendidikan yang ada lebih mengedapankan ranah kognitif saja. Seakan-akan
ilmu pengetahuan tersebut terlepas dari nilai-nilai moral dan spiritual.
Sehingga sejarah mencatat bahwa banyak orang yang berilmu melakukan
pengrusakan, pelanggaran dan sebagainya. Mereka tidak mengamalkan ilmu sesuai
dengan pesan ilmu itu, mengacaukan bangunan fungsinya, menodai kejernihan ilmu.
Demikian produk
yang dihasilkankan oleh pendidikan sekuler. Pendidikan yang tidak mengantarkan para muridnya menjadi
lebih bermoral dan beradab. Pendidikan yang tidak mengenalkan mereka kepada
Sang pencipta alam semesta.
Pendidikan
tauhid
Jika seorang
guru telah melandasi pengetahuannya dengan tauhid, ia akan menjadikan geografi,
sejarah, dan yang lainnya sebagai pelajaran iman. Bukan sekedar kita mengetahui
dan hafal berbagai ibu kota Negara, hasil produksi dan lain sebagainya. Sebab
itu hanyalah pengetahuan umum untuk kita ketahui saja. Namun yang lebih penting
bagi kita adalah kita mengetahui siapakah yang menciptakan alam semseta ini?
Siapa yang menciptakan bumi? Yang mengokohkan gunung? Yang di dalamnya
terkandung berbagai bahan tambang.
Allah berfirman:
Maka apakah
mereka tidak memerhatikan bagaimana unta diciptakan, dan langit, bagiamana ia
ditinggikan, dan gunung-gunung, bagaiamana ia ditegakkan, dan bumi, bagaimana
ia dihamparkan?
(al-Ghasiah : 17-20)
Kita ketahui
bahwa tujuan dari ilmu tidak lain adalah menjadikan manusia lebih bermoral dan
beradab. Dengan ilmu, ia mampu mengetahui hakekat pencipataan dirinya dan apa
yang terkandung di alam semesta ini. Ia mampu mengenal Allah serta menempatkan
kedudukan-Nya sebagaimana mestinya. Sehingga ia tahu bagaimana harus berfikir,
berkata, dan bertindak.
Jika murid
telah mampu menempatkan dirinya, tentu ia akan berbuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas dirinya. Sebab ia
tahu dimana kedudukannya berada. Ketika ia tahu bahwa dirinya adalah seorang
pelajar, maka ia akan belajar. Ketika ia tahu bahwa dirinya adalah seorang
hamba Allah, maka ia akan beribadah
dengan penuh kesadaran. Sebagaimana sabda Nabi,
Barangsiapa yang mengenali dirinya maka sungguh ia akan mengenal
Rabbnya.
Oleh sebab itu,
marilah kita berikan pendidikan yang integrated kepada anak-anak kita.
Pendidikan yang dilandasi oleh tauhid. Pendidikan yang mengantarkan anak-anak
kita lebih bermoral dan beradab. Jika kita mampu melahirkan generasi yang
beradab, tentu bukanlah suatu hal yang mustahil untuk mewujudkan kehidupan
bangsa yang beradab.
Wallahua’lam….
*) Penulis merupakan anggota API (Asosiasi Penulis Islam) STAIL
Posting Komentar
Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..