Oleh : Miftahuddin*
Seorang pelajar jika ingin meraiih kelulusan, maka ia harus
berkorban dengan sungguh-sungguh
belajar. Seorang pengusaha jika ingin usahanya maju maka ia harus berkorban
dengan mengeluarkan uang tenaga dan fikiran agar usahanya dapat maju dan
berkembang. Seorang lelaki jika ingin mendapatkan cinta dari seorang wanita,
maka ia juga harus berkorban dengan segenap tenaga dan fikirannya agar
bagaimana caranya ia bisa mendapatkan cinta dari wanita tersebut. Begitu pula
dengan datangnya hari raya idhul ad’ha kali ini, seperti apakah bentuk
pengorbanan yang akan kita sumbangsikan kepada Allah swt untuk mendapatkan
cinta dan ridhoNya?
Pengorbanan
Nabi Ibrahim
Setelah nabi Ibrahim di uji oleh Allah swt untuk meninggalkan
istrinya Siti Hajar dan juga sikecil Ismail di mekkah yang pada saat itu masih merupakan hamparan lautan pasir yang
gersang tanpa ada sebatang ada sebatang pohon tanaman pun yang terdapat di
tempat itu dengan sedikit bekal roti dan air minum, dan bekal keyakinan kepada
Allah Siti hajar pun siap untuk di tempat di tempat tersebut yang kini telah
menjadi kiblat bagi seluruh umat islam untuk menunaikan ibadah hajji.
Namun setelah ismail menginjak usia remaja, nabi Ibrahim lagi-lagi
mendapatkan ujian namun kini merupakan ujian terberat dalam hidupnya untuk
menguji seberapa besar kecintaan dan ketaatan nabi Ibrahim kepada Allah yaitu
perintah untuk menyembelih anak tercintanya Ismail sebagai kurban memperingati
hari raya idhul ad’ha.
Di sini nabi Ibrahim di hadapkan dua pilihan, apakah cinta terhadap
putranya dengan tidak menyembelihnya atau patuh pada perintah Allah swt dengan
relah mengorbankan putra tercintanya untuk di kurbankan demi meraih cinta dan
ridha dari Allah swt.
Akhirnya keteguhan nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya Ismail
dalam rangka ketaatan kepada Allah semakin kuat, setelah ia mendapatkan
kepastian dari putranya sendiri Ismail, sebagaimana yang tercantum dalam Al
Qur’an surah Ash shaffat ayat 102 yang artinya “Ibrahim berkata “wahai anakku !
sungguh aku telah bermimpi bahwa aku menyembelihmu !” Dia ( Ismail ) menjawab “ wahai ayahku ! lakukanlah apa yang di
perintahkan ( Allah ) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar.” Namun di saat nabi Ibrahim telah meletakkan pisaunya
di atas leher anaknya dan hendak menyembelehnya, maka di saat itu pula Allah
SWT menobatkan kepada nabi Ibrahim sebagai nabi yang lulus dengan Comloude
berkat ketaatannya akan perintah dari Allah SWT dan ketabahan hatinya untuk
mengorbankan Ismail demi mengharpkan ridho dan cinta dari Allah SWT, dan Allah
juga menggantikan Ismail dengan seekor kambing yang sangat gemuk.
Mari berkorban
!
Adakah cotoh yang terbaik melebihi nabi Ibrahim dalam hal
berkorban, yang mana ia relah dan ikhlas mengorbankan putra tercintanya demi mendapatkan ridho dan
cinta dari Allah SWT. Lalu pertanyaanya sekarang bagaimanakah dengan kita?
Adakah kita sudah mengorbankan sesuatu yang kita cintai dari diri kita untuk
mendapatkan ridho dan cinta dari Allah
SWT.
Janganlah terlebih dahulu
kita mengorbankan anak kita atau sanak saudara kita, cukuplah dengan waktu dan
tenaga yang telah kita miliki, seberapa besarkah tenaga dan waktu yang telah
kita korbankan untuk meraih cinta dan ridho dari Allah SWT. Oleh karena itu
marilah kita bersama-sama dalam menyambut idhul ad’ha ini kita korbankan apa
saja yang mampu kita korbankan baik itu waktu, fikiran, tenaga, ataupun
finansial yang kita miliki, jika kita tidak mampu berkorban seperti halnya nabi
Ibrahim yang mengorbankan putranya Ismail untuk di jadikan kurban di bulan
idhul ad’ha ketaatan dan kecintaannya kepada Allah SWT “ selamat sejah terah
kepada Ibrahim. “ ( QS, Ash Shaffat : 109 ) wallahu a’lam.
*) Penulis adalah anggota API (Asosiasi Penulis Islam)
Posting Komentar
Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..