Syukur! Jangan Kufur!

Oleh: Khairul Umam*

Orang “besar”, kaya, pengusaha, pejabat negara, direktur, manajer, serta bahkan para ilmuan yang sekuler dan sesat, karena dengan begitu bangganya terhadap posisi tersebut, merasa yang lain tidak ada apa-apanya, sehingga memandang sebelah mata terhadap orang lain serta tidak butuh lagi akan  kasih sayangnya. Mungkin yang mereka butuhkan hanyalah pujian akan “kebesaraa” mereka.
Begitu juga orang “kecil”, miskin, rumah tidak punya, pekerjaan tidak tentu, untuk makan sekarang saja carinya harus sekarang juga. Bagi sebagian orang yang termasuk pada golongan ini yang tidak sadar, serta imannya lemah, maka akan sangat mudah putus asa. Bahakan parahnya merasa tidak layak lagi hidup karena merasa tidak ada lagi orang yang peduli dengannya.


Sobat API Rahimakumullah
Ada dua hal yang sering dilupakan oleh kedua golongan tersebut. Bagi golongan yang pertama mereka lupa, siapa  sebenarnya yang  membuat mereka “besar”? Dan siapa yang memberikan mereka kekayaan? Sedangkan golongan yang kedua, mereka lupa bahwa Allah Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Sehingga yang terjadi  mereka putus asa dan bisa saja menghalalkan segala cara demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Lantas, yang menjadi pertanyaan sekarang kenapa kedua fenomen tersebut bisa terjadi? Fenomena tersebut terjadi tidak lain karena kekurang-bersyukuran mereka terhadap segala nikmat yang telah Allah berikan. Padahal  dengan nikmat Allah yang berupa otak saja, yang dapat digunakan untuk berfikir, siapa yang bisa menandinginya? (membuat yang sepadan) Pasti semuanya geleng kepala.
Coba kita men-tadabburi bersama tentang kehebatan otak. Otak manusia merupakan organ tubuh manusia yang memiliki kesempatan dan  peluang tak terhingga tiba pada sebuah dunia yang memiliki hampir 100 miliar sel. Hampir beberapa juta dari semiliar sel itu, yaitu jumlah yang anda miliki seperti yang dimiliki oleh para pemikir hebat, ilmuan, filosofis, pemimpin dunia, dan para peraih nobel jumlahnya begitu sangat mengejutkan.
Sebenarnya yang terpenting bukan terletak pada jumlah sel otak (neuron)-nya melainkan jumlah koneksi (hubungan jaringan) yang terjadi antara sel otak. Bayangkan setiap sel dari 100 miliar neuron itu muncul 20.000 cabang atau dendrit.  Subhanallah.
Kapasitas otak memang sangat mengagumkan otak manusia memang lebih canggih dari sistem kerja komputer yang paling cerdas di dunia. Dan, otak manusia menunjukkan potensi mengagumkan yang belum sepenuhnya kita sadari.
Tatkala manusia menemukan batas-batas ruang angkasa, wilayah “terluas”yang belum terjamah justru berada di atas bumi ini di dalam batas-batas rongga tenggorokan kita masing-masing. Sehingga secara dramatis Robert Orstien, profesor di Universitas Standford mengungkapkan, “Kenyataannya lebih banyak kemungkinan hubungan dalam otak  manusia dari pada jumlah atom di seluruh jagat raya.” Sehingga kemudian banyak yang menggambarkan otak manusia sebagai “raksasa yang tidur, alat pintal yang mempesona, seperangkat mesin terkompleks di jagat raya. Serta wilayah terbesar di dunia yang belum tergali.”
Banyak ahli biologi, ilmuan evolusi,  pendidik, juga penulis. Semua bersaing untuk menghasilkan uraian definitif tentang otak.  Mereka ingin menilai otak secara “adil” terhadap struktur yang paling kompeks ini.

Sobat API Rahimakumullah
Dengan demikian tidakkah kita mau  mengakui akan kebesaran Allah yang telah menciptakan otak untuk manusia yang sangat luar biasa tersebut? Pantaskan kita sombong di hadapan allah? Masihkah kita enggan untuk mensyukurinya?  Sungguh yang demikian adzab Allah sangatlah besar. padahal  dengan sangat jelasnya Allah berfirman dalam Al-quran, “...jika kalian besyukur, niscaya aku akan menambahnya. Dan jika kalian kufur sesungguhnya adzabku sangatlah pedih.”(QS. Ibrahim [14]: 7).  Mari kita syukuri segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Pastinya tidak hanya cukup bersyukur dengan lisan saja, Alhamdulillah saja. Melainkan juga  disertai dengan tindakan yang baik dan benar menurut Syariat Islam untuk diaplikasikan dalam hidup dan kehidupan kita. Wallahu a’lam.

*) Penulis adalah anggota API (Asosiasi Penulis Islam)
Teruskan :

Posting Komentar

Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Asosiasi Penulis Islam (API) Surabaya - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger