Oleh: Khairul Umam*
Orang “besar”, kaya, pengusaha, pejabat negara, direktur, manajer,
serta bahkan para ilmuan yang sekuler dan sesat, karena dengan begitu bangganya
terhadap posisi tersebut, merasa yang lain tidak ada apa-apanya, sehingga
memandang sebelah mata terhadap orang lain serta tidak butuh lagi akan kasih sayangnya. Mungkin yang mereka butuhkan
hanyalah pujian akan “kebesaraa” mereka.
Begitu juga orang “kecil”, miskin, rumah tidak punya, pekerjaan
tidak tentu, untuk makan sekarang saja carinya harus sekarang juga. Bagi
sebagian orang yang termasuk pada golongan ini yang tidak sadar, serta imannya
lemah, maka akan sangat mudah putus asa. Bahakan parahnya merasa tidak layak
lagi hidup karena merasa tidak ada lagi orang yang peduli dengannya.
Sobat API Rahimakumullah
Ada dua hal yang sering dilupakan oleh kedua golongan tersebut. Bagi
golongan yang pertama mereka lupa, siapa
sebenarnya yang membuat mereka
“besar”? Dan siapa yang memberikan mereka kekayaan? Sedangkan golongan yang
kedua, mereka lupa bahwa Allah Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Sehingga yang
terjadi mereka putus asa dan bisa saja
menghalalkan segala cara demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Lantas, yang menjadi pertanyaan sekarang kenapa kedua fenomen
tersebut bisa terjadi? Fenomena tersebut terjadi tidak lain karena kekurang-bersyukuran
mereka terhadap segala nikmat yang telah Allah berikan. Padahal dengan nikmat Allah yang berupa otak saja, yang
dapat digunakan untuk berfikir, siapa yang bisa menandinginya? (membuat yang
sepadan) Pasti semuanya geleng kepala.
Coba kita men-tadabburi bersama tentang kehebatan otak. Otak
manusia merupakan organ tubuh manusia yang memiliki kesempatan dan peluang tak terhingga tiba pada sebuah dunia
yang memiliki hampir 100 miliar sel. Hampir beberapa juta dari semiliar sel itu,
yaitu jumlah yang anda miliki seperti yang dimiliki oleh para pemikir hebat,
ilmuan, filosofis, pemimpin dunia, dan para peraih nobel jumlahnya begitu
sangat mengejutkan.
Sebenarnya yang terpenting bukan terletak pada jumlah sel otak (neuron)-nya
melainkan jumlah koneksi (hubungan jaringan) yang terjadi antara sel otak.
Bayangkan setiap sel dari 100 miliar neuron itu muncul 20.000 cabang atau
dendrit. Subhanallah.
Kapasitas otak memang sangat mengagumkan otak manusia memang lebih
canggih dari sistem kerja komputer yang paling cerdas di dunia. Dan, otak
manusia menunjukkan potensi mengagumkan yang belum sepenuhnya kita sadari.
Tatkala manusia menemukan batas-batas ruang angkasa, wilayah
“terluas”yang belum terjamah justru berada di atas bumi ini di dalam
batas-batas rongga tenggorokan kita masing-masing. Sehingga secara dramatis Robert
Orstien, profesor di Universitas Standford mengungkapkan, “Kenyataannya lebih
banyak kemungkinan hubungan dalam otak
manusia dari pada jumlah atom di seluruh jagat raya.” Sehingga kemudian
banyak yang menggambarkan otak manusia sebagai “raksasa yang tidur, alat pintal
yang mempesona, seperangkat mesin terkompleks di jagat raya. Serta wilayah
terbesar di dunia yang belum tergali.”
Banyak ahli biologi, ilmuan evolusi, pendidik, juga penulis. Semua bersaing untuk
menghasilkan uraian definitif tentang otak.
Mereka ingin menilai otak secara “adil” terhadap struktur yang paling
kompeks ini.
Sobat API Rahimakumullah
Dengan demikian tidakkah kita mau
mengakui akan kebesaran Allah yang telah menciptakan otak untuk manusia
yang sangat luar biasa tersebut? Pantaskan kita sombong di hadapan allah?
Masihkah kita enggan untuk mensyukurinya?
Sungguh yang demikian adzab Allah sangatlah besar. padahal dengan sangat jelasnya Allah berfirman dalam
Al-quran, “...jika kalian besyukur, niscaya aku akan menambahnya. Dan jika
kalian kufur sesungguhnya adzabku sangatlah pedih.”(QS. Ibrahim [14]: 7). Mari kita syukuri segala nikmat yang
telah Allah berikan kepada kita. Pastinya tidak hanya cukup bersyukur dengan
lisan saja, Alhamdulillah saja. Melainkan juga disertai dengan tindakan yang baik dan benar
menurut Syariat Islam untuk diaplikasikan dalam hidup dan kehidupan kita. Wallahu
a’lam.
*) Penulis
adalah anggota API (Asosiasi Penulis Islam)
Posting Komentar
Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..