Semut Pun Saling Menyapa

Oleh : Miftahuddin*

 “Assalamu’alaikum Akhi!” ucapku menyapa beberapa teman yang ketika itu berpapasan denganku, ketika mereka hendak pergi ke dapur untuk makan siang. tanpa ada balasan, mereka berlalu begitu saja melewatiku. Kok, susah sekali ,ya, hanya sekedar menjawab salam, kataku dalam hati sambil menggerutu.

Budaya yang luntur
Ketika sobat API berkunjung ke kampus Hidayatullah dan sudah berada di depan pintu pagar yang berwarna hijau dan berukuran sekitar empat meter tersebut, dan sobat API hendak masuk ke dalam, maka sobat API secara sengaja atau tidak akan melihat di pagar tersebut terpasang sepanduk kecil yang terdapat gambar seorang anak muslim dan muslimah berpakaian muslim dan tepat di atas kedua anak tersebut terdapat sebuah pesan singkat yang berbunyi “ Budayakan senyum, salam, sopan dan santun “.

Dari pesan singkat di atas ada satu hal yang patut kita garis bawahi yaitu kata “salam“, yang mana kalimat ini mengandung makna yang sangat menentramkan jiwa, yang merupakan suatu do’a yang telah menjadi kebiasaan orang-orang terdahulu di zaman nabi dan para sahabat di kala ketika mereka bertemu satu sama lain, bahkan terkadang di tambah dengan pelukan hangat yang menandakan eratnya tali persaudaraan yang terjalin di antara mereka dan keharomonisan kehidupan para sahabat. Namun bagaimana halnya jika salam ini hanya diucapkan di saat hendak memulai sebuah ceramah, khutbah, atau bahkan hanya di ucapkan ketika pembelajaran di kelas semata, sementara di dalam keseharian kita ketika bertemu satu sama lain tidak sepatah katapun yang keluar dari lisan-lisan kita. Sungguh ini merupakan tanda bahwa tali persaudaraan hubungan dan keharmonisan tidak terjalin dengan baik bahkan hambar rasanya, seperti halnya fenomena yang di alami penulis di atas.
Namun, ada pula fenomena lain yang penulis temukan yaitu ketika seorang  santri yang berlalu di hadapan ustadznya, namun tidak sepatah kata pun yang keluar dari lisan santri tersebut. Naudzubillah.
Padahal kita sumua sudah tahu akan begitu banyaknya hadits yang menyeruhkan kepada kita tentang menyapa satu sama lain.hafsus salam bainakum tahaabu “ ( sebarkanlah salam di antara kalian niscaya kalian saling mencintai ) HR, Al Hakim. Begitu pula tentang kaifiyah (cara-cara) mengucapkan salam dan kepada siapa saja kita harus mengucapkanya. Diantara caranya ialah dari yang mudah kepada yang lebih tua, yang berdiri kepada yang duduk, yang berkendaraan kepada yang berjalan kaki. Namun realita saat ini budaya tersebut sudah semakin luntur dan bahkan hampir hilang dari diri umat muslim terlebih lagi mereka yang di lingkungan islami.

Mari mencontoh semut
Membicarakan tentang semut, tentu akan mucul di benak sobat API seekor binatang kecil berwarna hitam atau pun merah yang hidup berjamaah dan saling membantu satu sama lain dalam hal kebaikan. Namun ada satu hal yang unik dari para semut-semut tersebut selain dari cara mereka bekerja saling gotong royong, yaitu ketika mereka berjalan dan di saat mereka bertemu satu sama lain, dan jika sobat API memperhatikan secara seksama maka sobat API akan merasa kagum terhadap mereka.  Kenapa bisa?
Ternyata sobat API semut yang kecil dan imut tersebut juga memiliki persamaan sifat halnya manusia. Ternyata di saat para semut bertemu dengan semut yang lainnya baik yang tua maupun yang mudah, mereka senantiasa bersalaman dan berpelukkan dalam konteks cara mereka melakukannya. Dari sini kita dapat mengambil sedikit pelajaran dari hewan yang bertubuh kecil tersebut. Jika sekiranya keharmanonisan dalam hidup berjamaah selain dari kerja sama tetapi juga saling tegur sapa dalam istilah islamiyahnya ialah hafsu al salam atau menebarkan salam.
Oleh karaena itu sobat API, marilah bersama-sama kita tumbuhkan keharmonisan dalam hidup berjamaah ini salah satunya dengan menebarkan salam. Bagaimana caranya? Ayo kita mulai dari diri kita masing-masing dan jangan menunggu di berikan salam dari orang lain tapi kitalah yang mendahulukan menyapa dan mengucapkan salam kepada siapa saja yang kita temui, selama ia masih saudara kita yang seiman. Dan hal yang perlu sobat API ketahui ialah orang yang paling beruntung adalah mereka yang lebih dahulu mengucapkan salam kepada orang lain.

*) Penulis adalah anggota API (Asosiasi Penulis Islam)
Teruskan :

Posting Komentar

Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Asosiasi Penulis Islam (API) Surabaya - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger