Identifikasi Kualitas Melalui Kata-Kata

Oleh: D. Rasyid Albar*

            Isu mengenai keharaman facebook bukan  lagi berita baru, alias sudah basi. Kesimpulannya, semua tergantung siapa yang menggunakannya. Artinya, bukan facebooknya yang haram, tetapi penggunaannya, yang tidak sebagaimana mestinya, yang diharamkan. Namun, kali ini saya tidak akan mebahas haram tidaknya (lagi pula saya juga bukan MUI).
            Ada satu hal yang dianggap remeh oleh sebagian banyak/besar orang, yakni perbuatan yang sia-sia. “Memang, apanya yang sia-sia?”. Memang, tujuan utama dibuatnya situs jejaring sosial dibuat adalah untuk mencari teman, menjalin persahabatan, menambah koneksi, chatting, bertukar informasi, atau menemukan sahabat lama. Tapi ada satu hal yang membuat saya heran. Seperti pada kolom ‘Apa yang anda pikirkan hari ini?’ pada situs jejaring sosial facebook. Setiap kali saya buka facebook, hampir tidak ada sama sekali yang menulis pada kolom tersebut sesuatu yang punya nilai lebih. Ya, sesuatu yang lebih dari hanya sekedar ungkapan, “ah... capek,” atau,”abis kuliah... bete, nih... dosennya marah mulu,” atau,”pulang kerja, nih... hujan... becek...,” atau bahkan.”duh, sakit perut, mo boker, nehhh..” dan beberapa ungkapan lain sejenis yang sama sekali tidak bermutu. “Loh, tapi kita kan juga gak dapat dosa bla... bla...” Memang, kita tidak mendapat dosa. Tapi, tetap saja kita rugi. Pertama, kita buang-buang uang, waktu dan tenaga (meskipun sedikit) hanya untuk menulis hal-hal seperti itu yang belum tentu ada yang menanggapi. Ya, tidak? Kalaupun ada yang nanggapi, tanggapannya pun sama tidak bermutunya, hingga terjadilah diskusi yang sama sekali tidak bermutu.

            Kedua, dan ini yang paling penting, berbuat seperti itu hanya akan menunjukkan kepada orang lain bahwa itulah diri kita sebenarnya. Segitulah kualitas diri kita. Saya teringat salah seorang guru saya pernah berkata, “Kalau ingin melihat seperti apa pribadi seseorang, ajak saja dia mengobrol barang lima belas hingga tiga puluh menit. Apa yang keluar dari mulutnya, itulah sesungguhnya  dia.” Jadi, sangat disayangkan sekali kualitas generasi muda Indonesia hanya sebatas ungkapan-ungkapan tadi. Kalau ada yang ingin membantah pernyataan saya, maka saya katakan, ada seribu satu cara untuk melakukannya. Ada seribu satu alasan untuk menghindar dari kenyataan.
            Nah, sobat API. Kita dapat memetik hikmah dari fenomena ini. Konklusinya, jangan sampai kita terjebak dalam hal-hal yang sia-sia ini. Situs jejaring sosial?! Boleh. Yang penting, gunakanlah untuk hal-hal yang bermanfaat. Jangan untuk hal-hal yang tidak bermutu, apalagi yang dilarang. Coba, deh, kalau kita sedang online, tulis uneg-uneg dan ide-ide yang akan membangkitkan minat belajar, bekerja dan beribadah. Buatlah forum diskusi yang menarik serta membangkitkan semangat juang pemuda, sehingga dunia melihat dan berkata, “Inilah pemuda-pemudi penerus bangsa Indonesia! Benar-benar bermutu!” Terus, gimana kalau ada yang berbuat hal yang sia-sia? Coba, deh, kita tanggapin, beri saran kepadanya akan indahnya ungkapan-ungkapan yang bermutu. Oke, sobat.

*) Penulis adalah anggota API (Asosiasi Penulis Islam) dan tinggal di
            lembar-hikmah.blogspot.com
Teruskan :

+ Komentar + 1 Komentar

20 November 2011 pukul 02.24

Saya sepakat sekali...

Posting Komentar

Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Asosiasi Penulis Islam (API) Surabaya - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger