Oleh: D. Rasyid Albar*
Suasana rapat di sebuah sekolah dasar berlangsung sedikit panas
(kisah ini saya adopsi dari certa ibu saya ketika mengikuti pertemuan wali
murid). Topik masalah kenaikan gaji tampaknya menjadikan suasana rapat kian
tegang, ditambah lagi kepulan asap rokok yang dihembuskan para guru-guru pria,
menjadikan ruangan menjadi semakin terasa pengap. Salah satu saran dan
permohonan seorang guru pria menarik perhatian. Ia berkata, mengusulkan, “Kami
berharap agar ke depannya kami sebagai guru mendapatkan gaji yang layak.
Terutama bagi kami yang laki-laki. Kalau gaji kita sebulan hanya enam ratus
ribu, itu tidak cukup. Kami sehari untuk rokok saja sampai sepuluh ribu. Kalau
sebulan sudah tiga ratus ribu. Tiga ratus untuk diri sendiri, tiga ratusnya
lagi untuk anak-istri. Ya mana cukup, lah.”
Tidak cukup
dengan peringatan
Jika
iklan peringatan bahwa “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung,
impotensi , dan gangguan kehamilan dan janin” tidak mampu mencegah para ahli
hisap (Perokok) untuk berhenti, bahkan telah sering kita mendengar
berita-berita yang mengabarkan telah berapa nyawa terenggut oleh rokok, maka, semoga
dengan tulisan ini sedikit bisa menggugah hati mereka.
Rokok,
saat ini, sepertinya tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan jasmani, namun
juga bagi kejiwaan. Selama ini yang kita ketahui adalah bahwa, bahan-bahan kimia
yang terkandung dalam rokok dapat merusak anggota tubuh bagian dalam dan luar kita.
Sering kali kita disuguhkan gambar-gambar yang berisi perbedaan antara
paru-paru orang sehat dengan paru-paru perokok. Sering juga kita mendengar
perkataan para ahli bahwa, merokok dapat mengakibatkan degenerasi sel-sel pada
kulit, sehingga membuat pelakunya terlihat tua, walau masih muda. Namun karena
apa yang dilihat oleh para perokok hanya berupa gambar, atau hanya sekedar
cerita, walaupun yang bercerita adalah seorang dokter bedah, mereka
meremehkannya karena mereka merasa bahwa kenyataannya tidak demikian pada diri
mereka.
Namun
kali ini saya tidak akan bebicara tentang dampaknya pada kesehatan jasmani
(karena saya bukan ahlinya). Jika asap rokok dapat merusak jaringan syaraf
dalam tubuh, maka dapat dipastikan, syaraf-syaraf pada sel-sel otak para
perokokpun juga mengalaminya. Maka dampak dari kerusakan sel-sel syaraf pada
otak, boleh jadi, mempengaruhi pola pikir orangnya. Maka tidak heran ketika
kita mendengar jawaban mereka (para perokok) ketika ditanya apa, sih
enaknya merokok?, merokok seolah memberikan sensasi bagi aktifitas berpikir.
Ketika seseorang merokok, seolah pikirannya terbuai, layaknya orang yang sedang
fly, namun masih dalam taraf rendah.
Ya,
akibat yang ditimbulkan adalah rusaknya pola pikir para perokok. Seperti dalam
cerita di atas, jika memang mereka adalah orang yang kurang mampu, maka mengapa
mereka tidak berhenti merokok. Bukankan ketika mereka tidak merokok itu berarti
bahwa mereka telah menghemat pengeluaran mereka hingga Rp. 300.000,- dalam
sebulan? Namun, tentu saja, ketika pola pikir mereka sudah rusak hal di atas
tidak mereka anggap sebagai tindakan berhemat.
Banyak
kita saksikan orang-orang di pedesaan atau orang pinggiran yang tidak mampu
menyekolahkan anak-anaknya, namun kenyataannya mereka bisa merokok setiap hari.
Jika penghasilan seseorang dalam sebulan berkisar Rp. 600.000,- dan dia
menghabiskan sekitar Rp. 300.000,- untuk rokok dalam sebulannya, maka dapatkah
orang tersebut dikatakan sebagai orang yang cinta keluarga? Mau mengatakan
mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri saja juga tidak. Pasalnya, dengan
merokok mereka telah merencanakan pembunuhan atas diri mereka sendiri. Namun,
akibat dari rusaknya pola pikir mereka, mereka justru beranggapan sebaliknya.
Ya, seolah mereka akan mati jika tidak merokok. Aneh? Tentu saja.
Penyebab
kebodohan
Dampak
lain, yang lebih parah, adalah hal ini juga terjadi pada para akademisi dan
orang-orang besar. Akhirnya, jalan pikiran mereka akan mencari argumen-argumen
yang mereka anggap masuk akal ketika ditanya apa untungnya merokok. Ada yang
menyatakan bahwa dengan merokok dirinya bisa mendapatkan gagasan-gagasan
cemerlang.
Menjawab
argumen di atas mudah saja. Mengapa bisa? Ketika orang merokok, maka, seperti
yang telah dijelaskan, dia berimajinasi. Dari hasil imajinasinya ia mendapatkan
sebuah ide menarik. Maka pertanyaannya? Apa yang membuatnya menemukan ide?
Rokokkah? Atau Imajinasi? Seperti orang yang (maaf) sedang buang air besar. Ada
sebagian orang yang ketika melakukannya mereka sering mendapatkan ide-ide
cemerlang karena mereka saat itu berimajinasi. Pertanyaan tadi kita ulang, apa
yang membuat mereka mendapat ide? Buang air besarnyakah? Atau imajinasinya?
Penulis kira itu cukup jelas.
Maka,
jika kalimat peringatan “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung,
impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin” tidak mampu meyadarkan para ahli
hisap ini, dapatlah kiranya kita ubah kalimat tersebut menjadi “Merokok
dapat menyebabkan kebodohan, kedunguan, kanker alias kantong kering, dan
ketololan.”
*) Penulis adalah sekretaris API(Asosiasi Penulis Islam) dan tinggal di
lembar-hikmah.blogspot.com
+ Komentar + 3 Komentar
saya juga jengkel sekali sama perokok. mereka tidak sadar dampak buruk yg akan diterima mereka dan dampak yg diterima orang2 yg disekitarnya juga. padahal jelas2 ditiap iklan rokok ada tulisannya seperti yg dibilang tadi, "merokok dapat menyebabkan blablabla.." haha.
by the way, nice post! :)
Wisata Outbound Malang - dan saya juga sangat setuju dengan mbak @Azrina Puteri. kenapa ya? sudah tertulis dengan jelas peringatan2 akan dampak yang membahayakan dari mengkonsumsi rokok, namun masih banyak sekali sahabat2 yang mengkonsumsi barang tersebut..
maaf Mas or Mba yg nulis di atas saya minta ijin copas ke blog saya ya, dan sedikit meyebarkan ke keluarga dan terimakasih banyak ini sangat membantu
Posting Komentar
Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..