Sering
kali dengan gampang orang mendefinisikan remaja sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa. Karena di usia
inilah seseorang akan menunjukkan tingkah laku tertentu seperti: susah diatur,
mudah terangsang perasaannya dan sebagainya.
Masalahnya sekarang, kita tidak pernah berhenti dengan hanya
menyatakan bahwa mendefinisikan remaja itu sulit untuk diatur. Sulit atau
mudah, masalah-masalah yang menyangkut
kelompok remaja kian hari kian bertambah. Berbagai tulisan, ceramah,
maupun seminar yang mengupas berbagai segi kehidupan remaja yang amat-sangat
memprihatinkan. Sungguh ini menunjukkan betapa seriusnya masalah yang dirasakan
oleh masyarakat.
Sarwono (2007) menyatakan bahwa
perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada perkembangan jiwa remaja yang
terbesar pengaruhnya adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang
dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai
dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual
sekunder yang tumbuh sehingga menyebabkan mudahnya aktivitas seksual (terutama
dikalangan remaja) dilanjutkan dengan hubungan seks.
Rasa
ingin tahu terhadap masalah seksual pada remaja sangat penting
dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Pada
masa remaja, informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan
supaya remaja tidak mendapatkan informasi yang salah dari sumber-sumber
yang tidak jelas.
Pemberian
informasi masalah seksual menjadi penting, terlebih lagi mengingat remaja
berada dalam potensi seksual yang aktif karena berkaitan dengan dorongan
seksual yang dipengaruhi hormon dan tidak cukupnya informasi mengenai aktifitas
seksual mereka sendiri. Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi
perkembangan jiwa remaja jika tidak didukung dengan pengetahuan dan informasi
yang tepat.
Pengetahuan
remaja tentang seks masih sangat kurang. Faktor ini ditambah dengan informasi
keliru yang diperoleh dari sumber yang salah, seperti mitos seputar seks,
VCD porno, situr porno di internet dan lainnya yang akan membuat pemahaman
dan persepsi anak tentang seks menjadi salah.
Pendidikan seks
sebenarnya berarti pendidikan seksualitas, yaitu suatu pendidikan seksual dalam
arti luas yang meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan seks, diantaranya
aspek biologis, orientasi, nilai sosiokultur dan moral serta perilaku.
Dr. Boyke Dian
Nugraha, pakar seks dan spesialis Obstetri dan Ginekologi menyatakan bahwa
penyebabnya antara lain maraknya pengedaran gambar dan VCD porno, kurangnya
pemahaman akan nilai-nilai agama, keliru dalam memaknai cinta,
minimnya pengetahuan remaja tentang seksualitas serta belum adanya
pendidikan seks secara reguler hingga formal di sekolah sekolah. Itulah sebabnya
informasi tentang makna hakiki cinta dan adanya kurikulum kesehatan reproduksi
di sekolah mutlak di perlukan.
Harus diakui,
sampai saat ini di kalangan masyarakat tertentu, bebicara soal seks masih
dianggap masalah yang tabu. Seks belum menjadi wacana publik. Pro kontra masih
saja ada. Oleh karena itu, jarang sekali di jumpai pembicaraan perihal seks
secara terbuka. Namun disisi lain (fakta yang tidak terbantahkan),
permasalah seks masih juga bergulir. Untuk itu, sosialisasi pemahaman tentang
makna hakiki cinta dan perlunya kurikulum kesehatan reproduksi di sekolah
sangat perlu sebagai salah satu alternatif yang dapat ditempuh
untuk memfilter perilaku destruktif seksual remaja.
Ironisnya
meskipun topik ini dianggap sebagai sesuatu yang tak layak dikemukakan,tetapi
seks merupakan sesuatu topik yang tak pernah habis dibahas. Orang tak pernah
bosan dan jenuh membicarakannya. Malcom Muggeridge (1903-1990) seorang jurnalis
Inggris pernah mengatakan “Orgasme telah menggantikan Salib sebagai pusat
kerinduan dan gambaran pemenuhan kebutuhan.” Hal ini akan mendorong timbulnya sikap munafik dalam
masyarakat. Disatu sisi seseorang akan bersikap seolah-olah acuh dan cuek
dengan masalah seks bahkan melarang membicarakannya walaupun dalam forum
keilmuan, tetapi disisi lain sebenarnya ia sangat tertarik dengan masalah sex
dan berusaha mencari jawabannya sendiri. Bahkan
ia akan berburu buku-buku dan majalah
porno. Dan sungguh ironinya lagi, seringkali justifikasi agama dipakai
untuk ´membungkam´ remaja yang bertanya tentang masalah seksual.
Terlepas dari
pro dan kontra pemblokiran situs porno yang sempat marak diberitakan di
berbagai media. Di era globalisasi sekarang ini pengenalan seks sejak dini
amatlah penting, mengingat anak-anak dengan mudah mendapat informasi dari
berbagai media seperti majalah, buku, TV, VCD dan Internet. Sebagai orang tua,
tentunya tidak menginginkan anak-anaknya mencari pengetahuan tentang seks
dengan caranya sendiri seperti mengakses situs-situs porno atau menonton VCD porno dan lain-lain.
Hasil penelitian
di sejumlah kota besar di Indonesia menunjukkan sekitar 20 sampai 30% remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks
(DUTA, Edisi No. 230/ Th.XVIII/September 2006). Maka jangan heran
kehamilan pranikah semakin sering terjadi. Disinyalir jumlah angka
(persentase) yang sesungguhnya jauh lebih besar daripada data yang tercatat
(Pasti, 2008). Berdasarkan sumber dari Hanifah (2000), bahwa beberapa hasil
penelitian diIndonesia menunjukan adanya penurunan batas usia hubungan seks
pertama kali. Menu
Menurut Iskandar
(1998) sebanyak 18% responden di Jakarta berhubungan seks pertama di bawah usia18 tahun dan usia termuda 13 tahun. Sedangkan
menurut Utomo (1998), menyatakan bahwa remaja Manado yang sudah aktif
secara seksual, melakukan hubungan seks pertama pada usia di bawah 16 tahun sebanyak 56,8% pada remaja pria dan 33,3% pada
remaja putri.
Untuk mengatasi
masalah-masalah ini hendaknya ada pemahaman dan penerangan tentang seks
secara benar dan tepat yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, budaya dan etika
yang ada di masyarakat.
Penyuluhan dan penerangan tentang seks harus
dilandaskan pada ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agama, sehingga seorang
remaja akan mendapatkan informasi yang benar dan tepat dengan berlandaskan pada
nilai-nilai agama dan keimanan yang kuat sehingga seorang remaja dapat
terhindar dari hal-hal yang negatif dan tercela terkait dengan masalah seks.
*) Penulis adalah Mahasiswa STAIL
semester 3 jurusan Da’wah
+ Komentar + 1 Komentar
Keren sob
www.kiostiket.com
Posting Komentar
Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..