Pentingnya Pengetahuan SEKS Bagi Remaja di Dunia Pendidikan




Oleh:*Naharuddin
 
Sering kali dengan gampang orang mendefinisikan remaja sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa. Karena di usia inilah seseorang akan menunjukkan tingkah laku tertentu seperti: susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya. Masalahnya sekarang, kita tidak pernah berhenti dengan hanya menyatakan bahwa mendefinisikan remaja itu sulit untuk diatur. Sulit atau mudah, masalah-masalah yang menyangkut  kelompok remaja kian hari kian bertambah. Berbagai tulisan, ceramah, maupun seminar yang mengupas berbagai segi kehidupan remaja yang amat-sangat memprihatinkan. Sungguh ini menunjukkan betapa seriusnya masalah yang dirasakan oleh masyarakat.

            Sarwono (2007) menyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada perkembangan jiwa remaja yang terbesar pengaruhnya adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh sehingga menyebabkan mudahnya aktivitas seksual (terutama dikalangan remaja) dilanjutkan dengan hubungan seks.
Rasa ingin tahu terhadap masalah seksual pada remaja sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Pada masa remaja, informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan supaya remaja tidak mendapatkan informasi yang salah dari sumber-sumber yang tidak jelas.
Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting, terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan tidak cukupnya informasi mengenai aktifitas seksual mereka sendiri. Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja jika tidak didukung dengan pengetahuan dan informasi yang tepat.
Pengetahuan remaja tentang seks masih sangat kurang. Faktor ini ditambah dengan informasi keliru yang diperoleh dari sumber yang salah, seperti mitos seputar seks, VCD porno, situr porno di internet dan lainnya yang akan membuat pemahaman dan persepsi anak tentang seks menjadi salah.
Pendidikan seks sebenarnya berarti pendidikan seksualitas, yaitu suatu pendidikan seksual dalam arti luas yang meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan seks, diantaranya aspek biologis, orientasi, nilai sosiokultur dan moral serta perilaku.
Dr. Boyke Dian Nugraha, pakar seks dan spesialis Obstetri dan Ginekologi menyatakan bahwa penyebabnya antara lain maraknya pengedaran gambar dan VCD porno, kurangnya pemahaman akan nilai-nilai agama, keliru dalam memaknai cinta, minimnya pengetahuan remaja tentang seksualitas serta belum adanya pendidikan seks secara reguler hingga formal di sekolah sekolah. Itulah sebabnya informasi tentang makna hakiki cinta dan adanya kurikulum kesehatan reproduksi di sekolah mutlak di perlukan.
Harus diakui, sampai saat ini di kalangan masyarakat tertentu, bebicara soal seks masih dianggap masalah yang tabu. Seks belum menjadi wacana publik. Pro kontra masih saja ada. Oleh karena itu, jarang sekali di jumpai pembicaraan perihal seks secara terbuka. Namun disisi lain (fakta yang tidak terbantahkan), permasalah seks masih juga bergulir. Untuk itu, sosialisasi pemahaman tentang makna hakiki cinta dan perlunya kurikulum kesehatan reproduksi di sekolah sangat perlu sebagai salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk memfilter perilaku destruktif seksual remaja.
Ironisnya meskipun topik ini dianggap sebagai sesuatu yang tak layak dikemukakan,tetapi seks merupakan sesuatu topik yang tak pernah habis dibahas. Orang tak pernah bosan dan jenuh membicarakannya. Malcom Muggeridge (1903-1990) seorang jurnalis Inggris pernah mengatakan “Orgasme telah menggantikan Salib sebagai pusat kerinduan dan gambaran pemenuhan kebutuhan.” Hal ini akan  mendorong timbulnya sikap munafik dalam masyarakat. Disatu sisi seseorang akan bersikap seolah-olah acuh dan cuek dengan masalah seks bahkan melarang membicarakannya walaupun dalam forum keilmuan, tetapi disisi lain sebenarnya ia sangat tertarik dengan masalah sex dan berusaha mencari jawabannya sendiri. Bahkan ia akan berburu  buku-buku dan majalah porno. Dan sungguh ironinya lagi, seringkali justifikasi agama dipakai untuk ´membungkam´ remaja yang bertanya tentang masalah seksual.
Terlepas dari pro dan kontra pemblokiran situs porno yang sempat marak diberitakan di berbagai media. Di era globalisasi sekarang ini pengenalan seks sejak dini amatlah penting, mengingat anak-anak dengan mudah mendapat informasi dari berbagai media seperti majalah, buku, TV, VCD dan Internet. Sebagai orang tua, tentunya tidak menginginkan anak-anaknya mencari pengetahuan tentang seks dengan caranya sendiri seperti mengakses situs-situs porno atau menonton VCD porno dan lain-lain.
Hasil penelitian di sejumlah kota besar di Indonesia menunjukkan sekitar 20 sampai 30% remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks (DUTA, Edisi No. 230/ Th.XVIII/September 2006). Maka jangan heran kehamilan pranikah semakin sering terjadi. Disinyalir  jumlah angka (persentase) yang sesungguhnya jauh lebih besar daripada data yang tercatat (Pasti, 2008). Berdasarkan sumber dari Hanifah (2000), bahwa beberapa hasil penelitian diIndonesia menunjukan adanya penurunan batas usia hubungan seks pertama kali. Menu
Menurut Iskandar (1998) sebanyak 18% responden di Jakarta berhubungan seks pertama di bawah usia18 tahun dan usia termuda 13 tahun. Sedangkan menurut Utomo (1998), menyatakan bahwa remaja Manado yang sudah aktif secara seksual, melakukan hubungan seks pertama pada usia di bawah 16 tahun sebanyak 56,8% pada remaja pria dan 33,3% pada remaja putri.
Untuk mengatasi masalah-masalah ini hendaknya ada pemahaman dan penerangan tentang seks secara benar dan tepat yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, budaya dan etika yang ada di masyarakat.
 Penyuluhan dan penerangan tentang seks harus dilandaskan pada ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agama, sehingga seorang remaja akan mendapatkan informasi yang benar dan tepat dengan berlandaskan pada nilai-nilai agama dan keimanan yang kuat sehingga seorang remaja dapat terhindar dari hal-hal yang negatif dan tercela terkait dengan masalah seks.

*) Penulis adalah Mahasiswa STAIL semester 3 jurusan Da’wah
Teruskan :

+ Komentar + 1 Komentar

20 Februari 2014 pukul 22.51

Keren sob

www.kiostiket.com

Posting Komentar

Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Asosiasi Penulis Islam (API) Surabaya - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger