Oleh *M.arifuddin
Sore itu aku
berdiri di belakang rumah saya, tiba-tiba saya melihat ada seokor induk ayam
dan tiga ekor anaknya yang mencoba memanjat sebuah pohon Akasia yang berada persis di depanku. Untuk memudahkan
ayam itu memanjat ke pohon tersebut, Bapakku membuatkan tangga dari sebatang
pohon untuk ayam tersebut.
Singkat cerita
induk ayam itupun lebih dulu memanjat ke pohon tersebut, kemudian disusul
dengan ketiga anaknya. Anak ayam pertama bisa melewati tangga tersebut dengan
selamat, padahal di bawah tangga tersebut ada parit atau selokan yang sedang
penuh dengan air. Kemudian giliran anak ayam yang kedua. Ketika itu aku melihat
anak ayam ini terlihat pesimis, pasalnya ia berhenti di tengah-tengah tangga
tersebut dan selalu memandang ke selokan yang ada di bawahnya.
Di tengah
ketegangan yang dialami oleh ayam kedua, tiba-tiba anak ayam yang ketiga datang
menyusul untuk melewati tangga tersebut. Tanpa memperdulikan ayam yang kedua,
ayam ketiga menjoba melompatin ayam yang kedua ini lantaran menghalangi
langkahnya, dengan tujuan agar ia sampai lebih cepat. Tapi diluar perkiraan
ayam yang ketiga, ia jatuh tepat di atas ayam yang kedua, sehingga membuat
kedua ayam itu terjatuh ke selokan.
Ketika itu
timbul rasa iba di hatiku untuk menolong kedua ayam itu, tapi hal itu aku
urungkan, karena aku melihat ayam tersebut dapat menyelamatkan dirinya sendiri
dengan berenang ke tepi selokan. Saat itu aku berfikir kalau ayam tersebut
tidak akan lagi memanjat pohon Akasia itu, karena mereka sudah kecebur
kedalam selokan. Tapi di luar prediksiku, ternyata kedua anak ayam tadi kembali
memanjat pohon tersebut melalui tangga yang sama. Alhamdulillah kali ini kedua
ayam tersebut selamat sampai ke salah salah satu dahan pohon yang di sana sang
induk bertengger.
Saat itu azan
magrib sudah terdengar, maka aku bergegas untuk mengambil air wudhu, tiba-tiba
aku mendengar ada sesuatu yang terjatuh keselokan. Dengan terburu-buru aku
kembali ke belakang rumah untuk melihatnya, ternyata yang terjatuh ke air
adalah anak ayam yang kedua tadi. Tapi lagi-lagi anak ayam ini kembali memanjat
pohon tersebut, pasalnya ia ingin mencari tempat istirahat yang aman buat dia
dari serangan predator.
Sahabatku yang
saya cintai karena Allah, mungkin cerita ini terdengar biasa saja. Tapi cobalah
kita kaitkan dengan kehidupan kita di masyarakat. Seringkali kita merasa
pesimis ketika dibenturkan dengan berbagai permasalahan di masyarakat dan
bahkan terkadang kita lari dari tanggung jawab yang diberikan kepada kita atau mungkin
kita tidak peduli sama sekali. Kita juga sering merasa egois ketika ingin
mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Mungkin kita pernah merasa tidak sabar
untuk mengantri ketika membeli tiket di (stasiun, pelabuhan dan bandara),
ketika menanti angkot di terminal, ketika di traffic line atau mungkin
mengantri di WC umum, sehingga kita melakukan berbagai cara agar kita bisa
lebih dulu melewati antrian tersebut. Bahkan terkadang kita tidak peduli,
apakah yang kita lakukan itu halal atau haram?.
Sahabatku,
cobalah kita mengambil pelajaran dari cerita anak ayam tadi. Sekalipun ia jatuh
dua kali ke dalam selokan yang penuh dengan air, tetapi ia tak patah semangat
untuk terus memanjat pohon tadi, demi mendapatkan tempat beristirahat yang
lebih aman.
Sahabatku, setiap orang yang berhasil pasti
pernah gagal, tetapi mereka tidak pernah menganggap dirinya sebagai orang yang
gagal. Mantan presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln misalnya, punya daftar
panjang kegagalan. Gagal dalam bisnis, berulang kali juga gagal terpilih
menjadi anggota kongres dan senat. Hingga pada akhirnya, di tahun 1860 ia
terpilih sebagai presiden ke-16 Amerika Serikat dan menjadi salah satu
presiden tersukses dalam sejarah negara itu.
Sahabatku, sudah jelas bukan? tidak jadi
masalah, kapan dan di mana Anda pernah gagal atau berapa banyak kesalahan yang
Anda buat. Saat menghadapi semua kesulitan, penolakan dan kegagalan itu, tetaplah
percaya diri dan MENOLAK menganggap diri sebagai orang yang
gagal.
*)Penulis adalah
Mahasiswa STAIL jurusan Tarbiyah dan anggota Asosiasi Penulis Islam Surabaya.
Tinggal di catatanhikmah16.blogspot.com
Posting Komentar
Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..