Oleh : Rahmatullah*
Seiring
dengan perkembangan zaman, dunia ini semakin sempit dengan siraman-siraman
rohani dari para ulama, ustadz, mujahid, dan para da’i. Sementara kita masih
uring-uringan mencari cara untuk menyampaikan syiar keislaman di muka bumi ini.
Entah, para ulama atau ustadz yang menjadi masalah atau masyarakat yang enggan
menerima ‘’sedekah“ jariyah dari mereka.
Tetapi
kemudian jika kita teliti dan pahami, ternyata banyak sekelompok masyarakat
tidak dapat menerima suatu konsep dari seorang da’i disebabkan karena cara
penyampaian sang da’i yang kurang efisien dalam menyampaikan pidato atau
ceramahnya. Atau mungkin dengan cara yang berlebihan. Bahkan mereka akan menghalalkan
segala cara agar bisa mempengaruhi masyarakat agar percaya dengan kata–katanya.
Dengan artian ingin menjadi orang terkemuka. Na’udzubillah….
Seperti
yang kita ketahui bahwa beberapa tahun lalu, telah maraknya berita–berita
‘’lahirnya’’ nabi–nabi palsu yang dengan
‘’PD‘’nya mengaku sebagai nabi dan rasul utusan
Allah. Padahal telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an bahwa tidak ada nabi
terakhir selain Muhammad Saw. Di bawah adalah dalil Nabi Muhammad Nabi dan
Rasul terakhir dan tidak ada Nabi sesudahnya. Ini adalah dalil-dalil dari al-Qur’an
dan Hadits yang mematahkan argument kelompok Ahmadiyah yang menyatakan Mirza
Ghulam Ahmad sebagai Nabi.
Ketika
disodorkan ayat: Qs Al-Ahzabayat 40: ” Bukanlah Muhammad itu bapak salah
seorang laki-laki di antara kamu tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup
Nabi-nabi”. ada yang berargumen bahwa Nabi Muhammad hanya Nabi terakhir. Bukan
Rasul terakhir.
Fenomena
di atas sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kurangnya pengetahuan dan
pemahaman terhadap Islam akan menjerumuskan kita kejalan yang sesat. Jalan yang
tidak diridhoi Allah. Oleh karena itu kita harus menjadi da’i yang militan dan
berdakwah dengan cara yang benar serta sesuai dengan ajaran yang telah dibawa
Nabi Muhammad Saw.
Saya
ingin menyimpulkan beberapa indikator yang harus kita perhatikan dalam
berdakwah. Agar kita dapat berdakwah dengan benar dan tidak asal-asalan.
Pertama,
perbaiki niat. Jangan pernah berpikir dengan jalan berdakwah kita ingin menjadi
orang yang dikenal banyak orang. Muhasabah diri kita, ridho karena-Nya. Agar
nantinya apa yang kita sampaikan bernilai pahala di sisi Allah, dan bukan Murka-Nya.
Kedua, pahami dulu apa yang akan kita sampaikan disertai dengan dalil–dalil
yang hasan. Ketiga, hafalkan dan pahami apa yang akan kita sampaikan. Pilihlah
ceramah yang bermutu dengan bahasa yang dimengerti. Agar ketika berpidato
terdengar enak dan tidak terkesan menggurui dan dapat di tangkap dengan mudah
oleh audience. Keempat, jadilah da’i yang baik, semangat tinggi, percaya diri,
rendah hati, dan berakhlaq yang mulia serta santun terhadap orang yang lebih
tua. Kelima, konsentrasi. Agar lebih fokus dengan apa yang disampaikan dan
tidak memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak dipikirkan. Semacam riya dll. Keenam,
konsisten dengan apa yang kita sampaikan dan jangan menjadi plin–plan.
Itulah
beberapa saran yang dapat saya berikan. Mari kita tingkatkan ketaqwaan kita
kepada Allah Swt. Agar nantinya ketika menghadapi problema bangsa ini, kita
dapat berpartisipasi dengan menyampaikan syiar-syiar Islam dengan cara yang
terbaik dan menuju kepada keridhoan Allah Swt. Supaya nantinya berdampak
positif bagi masyarakat dan bangsa. Amin yarobbal ‘alamin…
Semoga
bermanfaat….
*)
Anggota API (Asosiasi Penulis Islam) Surabaya,
Mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAI Lukman Al-Hakim
Mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAI Lukman Al-Hakim
Posting Komentar
Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..