Oleh:*Naharuddin
Pada suatu
senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung.
Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam duka cita yang
mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa rias muka
atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan
roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah
meruyak hidupnya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi
Musa a.s.
Diketuknya
pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam
"Silakan masuk". Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil
kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, "Wahai
Nabi Allah. Tolonglah saya, Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa
keji saya." "Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa as
terkejut. "Saya takut mengatakannya." jawab wanita cantik.
"Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa. Maka perempuan itupun
terpatah bercerita, "Saya telah
berzina." Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak.
Perempuan itu
meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun lantas hamil. Setelah anak itu
lahir, langsung saya cekik lehernya sampai tewas", ucap wanita itu seraya
menagis sejadi-jadinya. Nabi musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia
menghardik," Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak
jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi! "teriak Nabi Musa sambil
memalingkan mata karena jijik”.
Perempuan
berewajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera
bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk ke luar dari dalam rumah Nabi
Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu.
Bahkan ia tak tahu mau di bawah kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi
saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang
olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa
sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin
Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak
bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar
daripadanya?" Nabi Musa terperanjat. "Dosa apakah yang lebih besar
dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh
rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril.
"Betulkah
ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista itu?"
"Ada!" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya
Musa kian penasaran. "Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan
tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali
berzina".
Mendengar
penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali
kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada
Allah untuk perempuan tersebut.
Nabi Musa
menyadari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa
penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib
dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah
Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan
memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan
sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman didadanya dan yakin bahwa Allah
itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau
menerima kedatangannya.
Dikutip dari
buku 30 kisah teladan - KH > Abdurrahman Arroisy) Dalam hadist Nabi SAW
disebutkan : “Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding
dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur'an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh
dengan ibunya di dalam Ka'bah”.
Dalam hadist
yang lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan sholat sehingga terlewat
waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu
huqub. Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari,
sedangkan satu hari di akherat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.
Demikianlah kisah
Nabi Musa dan wanita pezina dan dua hadist Nabi, mudah-mudahan menjadi
pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk melaksanakan kewajiban sholat dengan
istiqomah.
*)Penulis adalah anggota API
Posting Komentar
Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..