Oleh : Rahmatullah*
Mari kita
renungkan, apakah menurut anda perbedaan merupakan sebuah kelemahan ?
Tak bisa
disangkal bahwa perbedaan fisik, ras,
warna kulit, ataupun suku seseorang dapat menyebabkan sebuah dedikasi adanya
kebencian di antara family dan teman-teman. Di samping itu, perbedaan dapat
menyulut sebuah pola berpikir yang bertentangan dengan hak asasi manusia.
Sebenarnya kalau kita teliti lebih cermat, ternyata suatu perbedaan itu bisa
menjadi sebuah anjungan yang ber-“aroma” kebaikan buat kita. Namun kebanyakan
orang atau khayalak masyarakat menganggap bahwa perbedaan itu sebagai sebuah
kelemahan yang harus di jauhi dan di musnahkan.
Berbicara
tentang perbedaan di lingkungan kita, misalnya si A mempunyai kulit berwarna
putih. Sedangkan si B berkulit hitam. Nah, hal itulah yang membuat si A ini
menjauhi dari si B. sehingga perbedaan pun timbul. Fenomena ini sudah
“berlansung” di Negara – Negara eropa. Seperti di amerika perbedaan warna kulit
pun di jadikan sebuah landasan untuk memusnahkan ras kulit hitam. Tidak jauh
berbeda dengan Negara kita sendiri, para keturunan darah biru (bangsawan) pun
tidak akan pernah “menyerahkan” putra/putri mereka kepada tangan orang-orang
yang berada di bawah mereka.
Merujuk kepada
Al-Qur’an, telah di jelaskan bahwa tidak ada perbedaan antara si kaya dan si
miskin, si hitam dan si putih, yang membedakan hanyalah derajat keimanan mereka
dalam melaksankan perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya. Patut di
renungi bahwa keberlangasungan hidup seseorang itu dapat berjalan baik tanpa
membeda-bedakan warna kulit, ataupun jabatan seseorang. Namun kita
kadang-kadang salah mengartikan hal tersebut. Sehingga unsur-unsur perbedaan
pun timbul begitu saja.
Berhububungan
dengan hal ini, mungkin lebih baik kita
jadikan sebuah cerita. Nah, di bawah ini adalah cerita singkat yang mungkin
kita dapat ambil hikmahnya. Berikut kisahnya….
Jono dan Andi
adalah pasangan sahabat yang sangat akrab. Meskipun mereka berdua jauh berbeda,
Jono dilahirkan dalam keluarga yang miskin, sedangkan Andi dilahirkan dalam
keluarga yang kaya raya.
Namun perbedaan
tersebut tidak membuat persahabatan mereka pudar, mereka tetap menghargai satu
sama lain. Andi menggali pendidikan di SMA 3 Jakarta di mana SMA tersebut
merupakan SMA terfavorit di Indonesia, sedangkan Jono tidak sekolah karena
tidak mempunyai biaya.
Setiap hari
Jono selalu menunggu pulang Andi dari sekolah, "Hey Ndi, kamu sudah pulang
yah," kata Jono, "Oh iyah Jon, yu masuk kerumah kita main, sekaligus
aku kasih kamu buku untuk di baca," kataAndi.
Sayangnya orang
tua Andi tidak mengizinkan mereka main di rumah Andi, karena orang tua Andi
menganggap Jono seperti orang miskin yang kotor dan jelek yang tidak pantas
menginjakan kaki di rumah mewah milik Andi.
"Ibu,
kenapa ibu tidak mengizinkan kami main bersama, Jono orang baik kok," kata
Andi sambil marah.
"Ibu
bilang ga boleh, ya ga boleh, lihat dia hanya anak miskin, sekolah saja
tidak," jawab Ibu Andi sambil marah-marah.
"Andi ga
papa kok, kita main di luar saja!" kata Jono.
"Yu, Jon,
kita main di luar saja" jawab Andi.
"Eh Andi
kamu mau kemana?" tanya Ibu Andi.
"Ya main
bu, kan kata ibu ga boleh main di rumah ya udah main di luar saja," jawab
Andi.
"Eh kamu
ga boleh main sama anak miskin itu, tetap di rumah," jawab Ibu Andi sambil
membentak.
"Jon, ayo
kita pergi cepat!" suruh Andi kepada Jono. Mereka pun keluar dari rumah.
"Eh dasar anak nakal awas kamu Andi," kata Ibu Andi sambil berteriak.
"Akhirnya
kita keluar juga ya Jon," kata
Andi. "Eh Ndi seharusnya kamu turuti apa mau ibumu," jawab Jono.
"Ga apa-apa kok Jon, yang penting kita bisa main bareng, oh iyah Jon ini
aku bawain buku untuk kamu," kata Andi, "Buku apa ini?" tanya
Jono sambil penasaran, "Oh ini buku Biologi, kamu bisa menemukan berbagai
macam ilmu pengetahuan tentang alam atau manusia," jawab Andi.
"Emangnya
kamu mau pinjamin buku ini kepada aku?" tanya Jono.
"Oh iyah,
kamu kan belum pernah baca buku, nah sekarang aku kasih pinjam semua buku yang
saya punya," jawab Andi.
"Ah apakah
benar Ndi, tapi entar kamu mau baca pakai apa?" tanya Jono.
"Itu,
tenang saja, aku sudah hafal kok semuanya," jawab Andi.
"Kalau
begitu terimakasih banyak yah Andi, aku pasti baca semua buku yang kamu
pinjamkan" jawab Jono sambil menunjukan kegembiraannya.
Dan keesokan
harinya, Ibu Andi melarang Andi bergaul lagi dengan Jono, dan orang tua Anda
berniat mau pindah rumah. Hingga waktu itu Andi dan Jono terpisah dalam waktu
yang lama, sampai semua buku milik Andi tertinggal di rumah Jono.
Jono pun sangat
sedih karena harus kehilangan sahabat baiknya, namun semua buku yang diberikan
Andi kepada Jono menjadi teman baik Jono sekarang.
18 tahun telah
berlalu, Jono yang dulunya miskin sekarang menjadi seorang pengusaha restoran
karena memiliki pengetahuan yang banyak berkat buku yang diberikan Andi.
Disisi lain
orang tua Andi jatuh miskin karena bangkrut, sementara itu Andi harus mencari
pekerjaan, akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali, ketika Andi melamar
kerja ke restoran Jono, tiba-tiba Jono hafal dengan wajah Andi, dan akhirnya
Andi mendapatkan pekerjaan. Hingga saat itu mereka menjadi sahabat baik
selamanya.
Nah, setelah
menyimak kisah di atas patutlah kita sebagai insan-Nya yang lemah, hendaknya
tidak membeda-bedakan sesuatu yang berada di lingkup kehidupan kita. Baik itu
dalam mencari teman, maupun dalam menilai fisik seseorang. Karena tidak ada
manusia yang sempurna di dunia ini. So, jika anda ingin hidup bahagia,
bangunlah kebersamaan. Jangan saling merendahkan dan mencaci maki. Terima apa
adanya semua yang terpampang di hadapanmu. Karena itu adalah salah satu bentuk
kesyukuran kita kepada yang Maha Kuasa.
Bahkan, sang
pencipta pun tidak melihat ciptaan-Nya dari fisik mereka. Melainkan dari
ketaatan mereka dalam beribadah kepada-Nya.
Wallahu ‘alam… Semoga bermanfaat….
*Penulis adalah anggota
API (Asosiasi Penulis Islam) Surabaya dan Mahasiswa
STAI Lukman Al- Hakim Surabaya, Jurusan Manajemen Pendidikan
Islam.
Posting Komentar
Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..