"Menulis, Sulitnya Thu Di Mana??"




Ada satu pertanyaan yang hampir-hampir tak bisa dielakkan muncul dari (di antara) peserta kepenulisan di manapun dan kapanpun diadakan.
Pertanyaan yang dimaksud adalah; "Bapak, kira-kira, apa tantangan terberat bagi penulis awal untuk bisa melahirkan karya tulis?."
Yang mengkhawatirkan, ketika si pemateri jurnalistik pun 'terprovokasi' dengan pertanyaan itu, sehingga dengan lugunya menjawab dengan teoritis.
Misal, "Kesulitan mendasar bagi penulis pemula, adalah bagaimana ia meramu tulisan dari awal hingga akhir secara sistematis, tidak berbelit, mudah dipahami, argumentatif, dll."
Atau kalau tidak, umpama, "Kesulitan mendasar bagi penulis awal adalah menemukan ide tulisan. Sebab kalau belum terbiasa, maka mencari ide bagi pemula bak mencari jarum di lumbung padi; sulit sekali."Description: menulis.jpg
Atau dengan jawaban yang lebih normatif ala motivator; "Kesulitan mendasar bagi penulis pemula adalah menjaga konsistensi atau keistikomahan dalam menulis."
Pertanyaannya, adakah yang salah dengan jawaban-jawaban semisal di atas?
Jawabnya; tidak ada yang salah. Semua benar. Contoh-contoh jawaban yang diutarakan di atas, adalah relitas yang akan dihadapi oleh para penulis awal.
Namun pertanyaan yang menurut penulis penting diajukan kepada si penanya, "pentingnya di mana mengajukan pertanyaan itu?."
Terus, kalau sudah mendapat jawaban, "terus gimana? " Tidakkah tambah beban untuk menulis, setelah mengetahui duri-duri yang akan dilalui bila terjun di dunia tulis menulis?
Umpama, langsung akan menyimpulkan, "Sulit juga, yah, mau menjadi penulis itu?"
Semakin BERABE, KAN ? !!😊
Teringat penulis dengan jawaban Bob Sadino (alm) ketika suatu saat diundang untuk mengisi salah satu acara talk show di stasiun TV swata. Saat itu si pembawa acara mengajukan pertanyaan kepada pengusaha yang doyan menggunakan celana pendek ini.
Rounded Rectangle: OPINI
"Om Bob,.." Kata si pembawa acara memulai pertanyaan, "Kalau misalnya ada bertanya, "Tantangan terberat/tersulit bagi pemula dalam memulai usaha itu apa?" maka jawabannya bagaimana?."     
Sebelum menjawab, si pengusaha ini sempat melempar senyum kecil kepada si penanya. Nampak seolah ia geli dengan pertanyaan itu. Tiba-tiba dengan gampang ya ia memberi jawaban.
"Tidak ada yang sulit. Jalan saja terus," jawabnya singkat.
"Kok bisa begitu, om," kejar si pembawa acara.
"Ini persoalan mendasarnya. Kita belum ngapa-ngapain, tapi sudah memikirkan kesulitan yang akan dihadapi di masa mendatang. Akhirnya, gak jadilah memulai usaha," terang om Bob.
"Karena itu,"tambahnya lagi, "Tidak usah memikirkan sulitnya thu mana, tapi jalan saja terus," ulasnya panjang lebar.
Kini kita tarik, nasehat Om Bob di atas ke dunia tulis menulis. Untuk kita yang berhasrat untuk menjadi penulis, tidaklah usah memikirkan kesulitan yang akan kita hadapi di tengah proses tulis menulis.
Tulis saja apa  yang ingin ditulis. Hatta umpamanya otak ini buntu untuk menggoreskan catatan di buku ataupun di lap top,  maka kebuntuan itu bisa kita jadikan tema tulisan.
Urai saja bahwa saat itu kita tengah mengalami kebuntuan dalam menulis. Kemudian disambung dengan mengungkap sebab musababnya, selanjutnya ditutup dengan memberikan solusi-solusi agar tidak terulang.
Dengan demikian, jadilah tulisan utuh. Bukankah tulisan itu hanya terdiri dari tiga bagian; pembuka, pembahasan dan penutup. Jadi tiga paragrap saja, sudah bisa dikata itu merupakan tulisan utuh /artikel. 
Jangan meremehkan catatan-catatan harian yang kita tulis di lembar buku. Kita dapati karya Anwar Fuadi (Negeri 5 Menara) konon, itu merupakan kumpulan dari catatan hariannya (diare) selama menuntut ilmu di pondok pesantren Gontor.
Sudah barang tentu, sebagai ssosok yang ambisius ingin menjadi penulis profesional, kita tidak bisa puas dengan karya yang 'gitu-gitu' aja. Maksud ane, sebagai upaya untuk meningkatkan drajat/kualitas tulisan, maka proses belajar dan belajar membaca dan mengamati tulisan paara profesional kemudian dipraktekkan dalam memproduksi karya-karya terbaru kita, harus tetap dijalankan.
Dengan ini, lambat-laun mutu tulisan kita pun akan semakin membaik dari waktu ke waktu.
Kalau sudah begini, TIDAK KITA JUMPAI LAGI KESULITAN DALAM MENULIS.
Semoga Allah mempermudah niat kita untuk tampil sebagai MUJAHID PENA. Amiin.

By: Khairul Hibri
(Anggota API)


Teruskan :

Posting Komentar

Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Asosiasi Penulis Islam (API) Surabaya - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger