Matahari 2016 baru beberapa bulan menyinari bumi indonesia. Namun
itu sudah cukup untuk membuat masyarakat Indonesia kembali geleng-geleng kepala.
Sebabnya, terkuaknya sindikat pencurian bagasi penumpang oleh petugas bandara,
khususnya petugas dari maskapai lion air. Bahkan, menurut salah satu tersangka,
hal tersebut sudah menjadi tradisi turun temurun hingga telah melahirkan
“pemain-pemain senior”. (detik.com, 7/01/2016)
Dengan terendusnya kejahatan ini, semakin membuktikan bahwa
masyarakat indonesia sedang “cacat moral”. Berbagai tindak kejahatan terjadi
disemua sektor. Pendidikan, kesehatan, transportasi, bahkan agama pun tak lepas
dari tindakan penyelewengan. Apalagi hampir semua penyelewengan yang terkuak
melibatkan banyak oknum.
Penyelewengan-penyelewengan juga tak hanya dilakukan kalangan atas
atau kalangan politisi dan pejabat, namun juga rakyat biasa. Seperti sogok
menyogok petugas pelabuhan, guru, bandara dan lainnya demi tujuan tertentu,
sudah dianggap hal biasa. Di kalangan murid/siswa, kebiasaan contek menyontek
secara massal, tawuran, bolos sekolah belum juga berhenti.
Sebenarnya, kejahatan-kejahatan tesebut adalah akibat dari terkikisnya
moral masyarakat yang disebabkan jauhnya masyarakat dari agama. Masjid-masjid
dan majelis agama seringkali sepi dari kaum muslim. Beda halnya dengan
tempat-tempat hiburan, tempat rekreasi, pasar-pasar maupun mall yang semakin
hari makin ramai.
Lebih daripada itu, hilangnya nilai-nilai dalam masyarakat yang
materialistis dan individualis, mengakibatkan ketimpangan terjadi di mana-mana.
Perayaan hari-hari besar seringkali menjadi ajang “buang-buang” duit, kontras
dengan kondisi masyarakat yang melarat, pengemis, pengangguran dan pengamen di
bawah umur. Semangat Gotong royong yang sebenarnya adalah identitas masyarakat
indonesia semakin tak mendapat tempat di hati rakyat. Di lain pihak, antara
pemerintah dan rakyat terdapat jurang pemisah yang semakin dalam. Kepercayaan
publik terhadap para pemimpin memudar seiring banyaknya pelanggaran yang dilakukan kalangan atas yang
seringkali dilakukan secara “berjamaah”.
Sementara itu, sekolah-sekolah di indonesia belum mampu memberi
solusi dan berfungsi selayaknya. Hingga saat ini, sekolah hanya menjadi tempat
tranformasi ilmu belaka, tanpa ditopang dengan nilai-nilai sosial dan agama.
Juga, kurikulum yang diterapkan dibanyak sekolah negara hanya berorientasi pada
aspek meteri sehingga hanya melahirkan anak-anak yang materialistik. Sehingga
kesuksesan seringkali diukur dari banyaknya materi yang dimiliki. Itulah salah
satu penyebab banyaknya kasus korupsi selain nafsu yang tak terbendung dan
bisikan setan. Para murid juga tak dibekali dengan pengetahuan agama yang
memadai.
Kemudian, kontrol keluarga dan masyarakat (sosial control) juga
semakin menghilang di masyarakat. Masyarakat terkesan acuh tak acuh dengan
problem yang terjadi di sekitarnya. Hal ini semakin “membebaskan” para pelaku
kejahatan untuk beraksi. Masyarakat hanya akan tersentak ketika hal yang tak
diharapkan terjadi.
Jika Hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka bukan tidak mungkin
jika dalam beberapa tahun ke depan, bangsa ini akan semakin berbeda dan jauh
dari harapan para pendahulunya. Dampaknya, indonesia yang dikenal sebagai
negara berpenduduk muslim akan kehilangan identitasnya. Padahal kaum muslimin
seluruh dunia tentu berharap banyak kepada bangsa besar ini.
Maka, sebelum moral bangsa ini benar-benar hilang, perlu adanya
gerakan perbaikan bangsa, terutama kalangan generasi muda bangsa ini. Alasannya
simpel, karena generasi muda adalah pelanjut estafeta perjuangan bangsa. Eksis
tidaknya suatu bangsa dimasa yang akan datang dapat diukur dari kualitas
generasi mudanya. Artinya, Rusaknya moral generasi muda akan berakibat fatal
terhadap masa depan suatu bangsa.
Perbaiki
Pendidikan.!
Untuk menciptakan generasi yang baik dan juga “memutus” mata rantai
mafia dan sindikat kejahatan dinegri ini, maka sektor pendidikan mesti
diperbaiki. Karena dari sekolahlah akan muncul para penerus bangsa. Untuk itu,
sudah saatnya pemerintah bertindak. Kurikulum untuk sekolah-sekolah harus memperhatikan aspek spiritual peserta
didiknya. Penanaman nilai-nilai agama benar-benar perlu diperhatikan. Hal ini
untuk menguatkan keyakinan agama sehingga akan menjadi pencegah ketika mereka
“berkesempatan” melakukan penyelewengan.
Setelah itu, penyeleksian
pendidik (guru) di sekolah-sekolah perlu diperketat dan diseriusi, tidak hanya
memerhatikan aspek kecerdasan, namun juga pengetahuan agama yang memadai.
Kemudian, Kebiasaan-kebiasaan buruk seperti nepotisme harus segera dihentikan.
sehingga akan muncul pendidik-pendidik yang profesional dan mampu menjadi
contoh bagi murid-muridnya. namun, untuk menarik minat kaum terdidik agar mau
menjadi guru, pemerintah setidaknya memerhatikan “kesejahteraan” guru. Sebab,
Sudah selayaknya para guru (profesional) diberi apresiasi yang besar oleh
negara. Walaupun tujuan menjadi pendidik bukan untuk mencari harta atau
kekayaan, namun sekali lagi, sebagai bentuk apresiasi.
Setelah dua hal diatas dapat direalisasikan, sosial control harus
terjalin dengan baik. Karena bagaimanapun, diera globalisasi seperti sekarang
ini, melakukan kejahatan adalah hal yang sangat mudah. Jika masyarakat tetap
cuek dengan sekitarnya, kejahatan-kejahatan-sekecil apapun- akan terlihat
seolah-olah mendapat pembenaran. Sehingga akan dilakukan terus-menerus dan lama
kelamaan akan menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan.
Untuk itu, semua harus melibatkan diri, terutama “orang-orang
rumah”. Alasannya, rumah adalah “sekolah pertama” bagi anak. Sehingga orang tua
harus menjadi teladan dan memperhatikan moral anak-anaknya sejak dini. Ajarkan
mereka tentang nilai-nilai yang baik.
Oleh karena itu, mari kita saling bergandengan tangan. Bersama,
Ciptakan lingkungan yang kondusif dan jauh dari hal-hal negatif. Ciptakan
hubungan harmonis dengan sekitar. Jadikan hidup kita lebih bermakna dengan
kepedulian sosial. Cetak generasi penerus yang bermoral untuk masa depan bangsa
yang lebih baik. Wallahu a’lam bisshawab
By: Faruq
(Penulis adalah mahasiswa STAIL Surabaya semester IV juga anggota
API)
Posting Komentar
Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..