Oleh:
Luqman Hakim
Alhamdulillah,
API (Asosiasi Penulis Islam) akhirnya kembali ‘menyala’ setelah
sebelumnya sempat
mati suri. Hal
ini tidak terlepas dari upaya beberapa anggota API yang masih peduli
dengan organisasi kepenulisan ini. Kita berharap, semoga ‘nyala’
API terus membesar sehingga benar-benar mampu “Membakar Kebatilan
dan Menerangi Kebenaran”. Amin.
Mungkin
ada yang masih bertanya-tanya, sebenarnya API itu apa sih? Mengapa
API bisa lahir? Nah, maka dari itulah saya di sini berusaha
menorehkan sekelumit tentang API.
API
adalah kepanjangan dari Asosiasi Penulis Islam yang lahir di kampus
Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim (STAIL) Surabaya. Ia
berawal dari keprihatinan akan minimnya minat mahasiswa dalam
perjuangan dakwah melalui tulisan. Padahal, dakwah melalui tulisan
adalah metode dakwah yang sangat efektif.
Orang-orang
yang berkecimpung dalam dunia dakwah bisa dikatakan cukup melimpah,
tapi mereka yang berdakwah melalui tulisan masih minim. Banyak para
da’i yang hebat dalam berorasi di atas podium, tapi masih sedikit
yang mampu ‘berorasi’ di dunia tulisan. Maka dari itu,
dibentuklah sebuah komunitas kepenulisan yang diharapkan mampu
menjawab tantangan dakwah ini.
Awalnya,
API belum mempunyai nama dan merupakan salah satu program kerja
dalam organisasi internal kampus bernama HMJ (Himpunan Mahasiswa
Jurusan) Dakwah STAIL.
Para
anggota yang bergabung bukanlah orang-orang yang sudah pandai dalam
dunia tulis-menulis.
Justru sebagian besar dari mereka adalah yang masih awam dalam dunia
kepenulisan.
Setahun
kemudian, ‘API’ “pindah” menjadi salah satu program kerja di
organisasi kampus lainnya, yaitu Lembaga Dakwah Kampus (LDK) STAIL.
Pada masa tersebut, mulai muncul ide perlunya pembentukan organisasi
kepenulisan yang bersifat otonom serta pemberian nama terhadap
kumpulan calon penulis besar ini.
Akhirnya,
ide itu terealisasi pada tahun berikutnya. Sekelompok pemuda muslim
ini “memproklamirkan” sebuah organisasi kepenulisan yang
memiliki nama khusus. Nama yang dipilih adalah API, Asosiasi Penulis
Islam dengan tagline:
“Membakar Kebatilan, Menerangi Kebenaran”.
Sejak
saat itu, para anggota API memiliki cita-cita besar untuk membesarkan
organisasi ini. Visi yang diusung adalah “Mencetak Mujahid Dakwah
Bersenjatakan Pena”. Mereka berharap, dari API lahir para mujahid
dakwah yang berjuang melalui tulisan di seantero Indonesia, bahkan
dunia.
Insya
Allah, API akan
terus ‘menyala’ dan ‘nyalanya’ akan terus membesar. Dari
organisasi kepenulisan ini akan lahir penulis-penulis muslim yang
handal. Mereka akan menjadi mujahid dakwah dan penerang bagi
masyarakat dengan tulisan-tulisan yang mereka torehkan.
Dan
alhamdulillah, sejak dibentuk sampai sekarang, API memiliki
‘prestasi’ yang cukup membanggakan. Di antaranya adalah, dari
anggota API lahir beberapa penulis yang sudah diakui. Misalnya, ada
yang menjadi wartawan nasional, kontributor tetap beberapa majalah,
dan penulis novel. Semoga di masa yang mendatang, prestasi API bisa
semakin berkibar. Amiin.
Posting Komentar
Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..