Oleh: Syuhada
Masa muda katanya adalah masa yang penuh
warna, masa-masa yang setiap orang tua pasti ingin memutar lagi memorinya.
Tapi, masa itu sangatlah labil, Pikiran pun belum bisa terfokus pada satu
titik, hanya mengikuti alur hasrat dan keinginan yang ada di dalam hati
sehingga masa itu akan membuat orang yang mengalaminya seperti terombang-ambing
di atas derumnya ombak laut.
Muda itu menentukan masa depan, sejahtera
atau tidaknya kehidupan yang akan datang, yang apabila seseorang salah
melangkah maka akan terhimpit dan tergilas oleh waktu dan zaman. Muda itu tidak
bisa diulang kembali yang nantinya hanya akan menjadi bahan angan.
Masa muda identik dengan kata cinta, yang sulit dicari definisinya, dan di dunia ini pun masih belum ditemukan juga obatnya, kalau seandainya ada mesin lorong waktu ingin rasanya hidup di zaman dulu dan menemui Ibnu Sina kemudian bertanya kepadanya adakah obat penawar cinta? Tapi, muda itu ibarat bibit mutiara yang harus dipendam, dirawat dan juga di jaga kesucianya, karena kilauanya akan menyilapkan semua mata. Oleh karena itu setiap pemuda harus meminta perlindungan Allah S.W.T agar masa itu tidak menjadi waktu yang sia-sia yang akan menjungkir balikkanya.
Masa muda identik dengan kata cinta, yang sulit dicari definisinya, dan di dunia ini pun masih belum ditemukan juga obatnya, kalau seandainya ada mesin lorong waktu ingin rasanya hidup di zaman dulu dan menemui Ibnu Sina kemudian bertanya kepadanya adakah obat penawar cinta? Tapi, muda itu ibarat bibit mutiara yang harus dipendam, dirawat dan juga di jaga kesucianya, karena kilauanya akan menyilapkan semua mata. Oleh karena itu setiap pemuda harus meminta perlindungan Allah S.W.T agar masa itu tidak menjadi waktu yang sia-sia yang akan menjungkir balikkanya.
Rasulullah S.A.W pernah bersabda, “Masa muda adalah bagian dari kegilaan”. Karena kegilaan apakah yang tidak terjadi kecuali di waktu muda? Setiap waktu hanya di isi dengan hal-hal yang tidak ada manfaatnya, kata asmara, cinta dan cemburu keluar dari mulutnya, dan tak terbayangkan kalau itu semua telah menjadi dzikir dan wiridnya. Nabi bersabda, “Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu”, maksudnya: “Lakukanlah ketaatan ketika dalam kondisi kuat untuk beramal (yaitu di waktu muda), sebelum datang masa tua renta.”
Oleh karena itu pemuda yang baik adalah
ketika ia menepi, membelokkan diri dari jalan arus badai globalisasi dan
westernisasi. Menepi bukan berarti tidak peduli dengan lingkungan yang ia huni
akan tetapi menepi itu untuk bermediasi, mencari jati diri, meminta kekuatan
kepada sang ilahi dan akan datang pada saatnya untuk memperbaiki, ibarat kata
seperti sebiji bibit yang tidak akan berkembang dan mengeluarkan buah-buahan
jika ia tidak di tanam dan di pendam di tanah bumi. Dorongan dan ajakan kepada
syahwat di masa muda mencapai pada puncaknya, karenanya kebanyakan awal
penyimpangan itu terjadi di masa muda. Tapi tatkala seorang pemuda sanggup
untuk meninggalkan semua syahwat yang Allah Ta’ala haramkan karena mengharap
ridha Allah, maka dia sangat pantas mendapatkan keutamaan dari Allah S.W.T.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki shabwah (pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, dengan dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan)”. Dan di padang mahsyar nanti pemuda-pemuda yang selalu hanyut dalam ibadahnya kepada Allah S.W.T akan mendapatkan naungan darinya, Nabi bersabda,
“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
1. Pemimpin yang adil.
2. Pemuda yang tumbuh di atas
kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya.
3. Lelaki yang hatinya terpaut
dengan masjid.
4. Dua orang yang saling
mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah
kecuali karena Allah.
5. Lelaki yang diajak (berzina)
oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku
takut kepada Allah’.
6. Orang yang bersedekah dengan
sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan
oleh tangan kanannya.
7. Orang yang berdzikir kepada
Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Posting Komentar
Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..