Oleh : Daud Rasheed Albar
Selama berabad-abad, buku menjadi
pelopor kemajuan peradaban dunia. Buku telah membuktikan perannya pada masa
pemeritahan Dinasti Abbasyiyah dalam sejarah Islam dan pada masa renaisans
dalam sejarah Eropa dan Barat.
Seiring
berjalannya waktu, penemuan-penemuan penting ditemukan, tentunya tidak terlepas
dari peran literatur ilmu pengetahuan berupa buku. Salah satu, yang mengguncang
dunia, adalah ditemukannya jaringan internet. Dengan berbagai macam kelebihan
dan fasilitas yang ditawarkannya, internet dikatakan akan menggeser posisi
media cetak. Benarkah?
Dalam
tulisan sebelumnya (Buku akan lekang?), saya telah menjelaskan beberapa hal
teknis yang sekiranya menjadi bukti bahwa internet tidak akan menggeser posisi
media cetak. Dan kali ini, saya mencoba memaparkan bukti aplikatif yang akan
mendukung tulisan sebelumnya.
Plagiarisme
Hingga
hari ini, internet belum bisa ditetapkan sebagai sumber ilmiah. Rawannya
plagiat dan plagiarisme di dunia internet, menjadikannya sulit sekali untuk
dipercaya untuk menduduki jabata ilmiah. Ini tidak terlepas dari bebasnya siapa
saja untuk melakukan apa saja di dalamnya. Hal ini pun merambah ke
website-website berita.
Pada
hari ahad (29/4) saya membaca sebuah berita mengenai penempatan rudal di sebuah
apartemen di London demi menjaga keamana pegelaran olimpiade. Berita tersebut
saya baca di tiga website yang berbeda:
antaranews.com, republika.co.id dan kompas.com. Yang mencengangkan,
susunan berita tersebut sama persis. Hanya beberapa kata yang dibuang dan di
ganti.[1]
Setelah saya telusuri lebih jauh, saya mendapatkan kesimpulan bahwa kompas.com
dan republika.co.id-lah yang menjiplak berita tersebut dari antaranews.com, hal
ini sebagaimana tercatat dalam catatan sumber berita kedua website tersebut
(kompas.com dan republika.co.id).
Dalam
hal ini, kita tidak melihat apakah hal seperti itu sah atau tidak. Namun dari
segi sikap ilmiah, hal tersebut memperlihatkan pada kita bahwa kedua web
tersebut tidak mau repot-repot memodifikasi berita agar menjadi lebih menarik
alias (kasarnya) “malas” untuk menulis berita sendiri.
Kita
sama sekali tidak menemukan hal demikian pada media cetak. Kalaupun ada,
presentasinya kecil dibanding media internet.
Masih menjadi
kebanggaan
Kita
pasti sering mendengar kebanggaan orang-orang Jepang atas orang Indonesia, soal
kebiasaan baca buku dimanapun mereka berada. Dari sini kita semua tahu bahwa,
buku (ataupun media cetak lainnya) menjadi kebanggaan tersendiri bagi orang
yang membacanya. Orang akan lebih bangga secara “ilmiah” ketika ia membaca buku
ketika berada di dalam angkutan umum, sedangkan ketika orang memegang komputer
tablet akan berasa bangga secara “materil.” Lihat bedanya?
Media
cetak akan tetap menjadi primadona dalam hal keilmiahan. Bagaimanakah dengan
interntet? Wallahu a’lam.
Posting Komentar
Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..