Oleh: Daud Rasheed Albar*
Tak sengaja, ketika
saya sedang surfing di internet, mencari alamat-alamat website karya fiksi,
saya menemukan sebuah situs yang memuat artikel berjudul “Penulis Fiksi, Online
atau Mati” yang pada intinya mengatakan bahwa media cetak (terutama buku) akan
tergantikan. Ya, di era modern saat ini, orang sepertinya tak bisa lepas dari
dunia internet. Di mana-mana orang selalu berusaha untuk bisa terhubung ke dunia
maya. Bahkan anak-anak pemulung pun berusaha untuk menikmatinya. Setiap nafas
dan langkah, orang terus diiringi dengan internet (kok bukan dengan
dzikir, ya?). Fenomena ini nampaknya membenarkan pernyataan artikel dari
website tadi.
Secara langsung, sebagaimana
pengamatannya, sang penulis berpendapat bahwa dunia buku, cepat atau lambat,
akan tergantikan oleh internet. Dalam pada itu, si penulis mengajak para
penulis (dia lebih mengkhususkan bagi penulis fiksi dalam tulisannya) untuk,
mau tidak mau, beralih ke dunia internet. Alasannya? Internet, menurutnya,
merupakan sarana yang lebih efektif dan efisien. Dapat diakses dimana-mana saat
ini dan lebih murah dibanding media cetak. Namun permasalahannya, akankah peran
buku tergantikan?
Setiap orang bisa meneliti. Setiap
orang bisa mengamati dan berpendapat. Maka begitu pula dengan saya. Dan inilah
pengamatan dan pendapat saya.
Efektif
dan Efisien?
Untuk bisa terhubung dengan
internet, anda membutuhkan perangkat keras maupun lunak. Anda butuh sebuah
komputer. Dan berapakah harga komputer yang paling murah saat ini? Dua juta
rupiah. Untuk mengoperasikan komputer anda membutuhkan listrik, maka anda pasti
mengeluarkan biaya. Komputer butuh perawatan agar tidak mudah rusak, anda
mengeluarkan biaya, walau terbilang sedikit. Dan untuk bisa mengakes internet,
anda butuh jaringan internet. Anda mengeluarkan biaya. Lantas bagaimana dengan WiFi?
Seberapa banyakkah layanan ini tersedia saat ini secara gratis? Efisienkah?
Tidak.
Komputer memiliki bobot yang lebih
besar dibanding buku. Ini tidak memungkinkan bagi anda untuk membawanya, tidak
seperti buku. Tetapi kemudian anda menawarkan alternatif notebook, netbook
atau komputer tablet. Ya, dengan bobot yang lebih ringan dan kecil serta lebih
sedikit membutuhkan tenaga listrik, tampaknya dapat menjadi alternatif yang
baik. Padahal masih kurang efektif dan efisien dibanding buku. Anda harus
menyalakannya terlebih dahulu untuk mengoperasikannya, dan ini membutuhkan
waktu yang tidak sebentar. Belum lagi untuk mencari file yang
diinginkan. Selain itu, dalam pemakaian, anda harus menjaga kehati-hatian anda.
Anda tidak bisa menggunakannya sembarangan, karena dapat menyebabkannya cepat
rusak. Tidak seperti buku (ataupun media cetak yang lain), yang bisa dibaca
dengan gaya apapun dan dimanapun. Sebagai contoh sederhana, mohon maaf,
pernahkah anda membawa perangkat tersebut (notebook, netbook atau tablet)
ketika anda sedang buang air besar, lantas menggunakannya? Saya rasa tidak.
Efektifkah? Tidak.
Dan tidak cukup sampai di situ, jika
kita melihat dampak yang dihasilkan oleh perangkat tersebut, maka ada banyak
hal yang membuat buku terlihat lebih unggul. Cahaya yang dihasilkan oleh layar
komputer, sebagaimana penelitian menunjukkan, sangat berbahaya. Bagi mata, ia
dapat merusak, membuat mata cepat rabun. Bagi tubuh, sinarnya menimbulkan
reaksi bagi tubuh, maka tak jarang kita mendapati diri kita kelelahan setelah
berhadapan dengan komputer.
Sekarang, anda mungkin ingin
menawarkan alterntif lain. Handphone. Telepon selular atau singkatnya
ponsel. Lebih kecil, lebih ringan, lebih irit tenaga, dan cahayanya tidak
seberbahaya layar komputer. Tetapi fasilitas untuk mengakses internet tidak
selengkap dan secanggih komputer, alias terbatas. Anda tidak akan puas. Anda
harus mengeluarkan biaya yang lebih mahal daripada komputer untuk mendapatkan
ponsel canggih yang menawarkan fasilitas internet yang cukup memadai, namun
tetap saja belum bisa menyamai komputer.
Kembali ke internet, jika kita
melihat dari sudut efisiensi waktu, kita akan mendapati kenyataan bahwa kita membutuhkan
waktu yang lebih banyak untuk bisa mendapatkan materi yang kita inginkan.
Jaringan internet yang luas dan bebas, menyebabkan kita sering teralihkan
kepada materi-materi lain yang tidak berhubungan, hanya karena kemiripan kata
kunci. Jikapun ketemu, seringkali materi yang kita dapatkan kurang memuaskan
kita. Dan lagi, kebebasan internet, tak jarang mengalihkan perhatian kita dari
tujuan utama kita (materi tulisan) kepada hal-hal lain, terutama hiburan baik
positif pun negatif, yang relatif jumlahnya jauh lebih banyak. Jika dalam dunia
buku dikenal dengan pembajakan (yang relatif mudah dicegah), di dunia internet
kita mendapati betapa rawannya internet dari plagiat dan plagiarisme, yang
lebih sulit dicegah. Sampai di sini kita mendapati bahwa ternyata fasilitas
internet kurang efektif dan efisien dibanding buku.
Peran
yang Tidak Akan Lekang
Selama beberapa abad, buku telah menjadi bagian
paling vital dalam kemajuan peradaban dunia. Peran buku, sebagai pengantar para
generasi menuju dunia dengan peradaban dan ilmu pengetahuan yang maju, ditilik
dari sisi positif maupun negatif, telah diakui oleh seluruh elemen masyarakat
dunia. Buku telah menjadi pemeran utama bagi kemajuan peradaban dan teknologi.
Sejarah membuktikan, Peradaban Islam dan ilmu pengetahuan maju di masa
pemerintahan Dinasti Abbasyiyah karena dukungan buku. Peradaban Barat dan Eropa
mencapai puncak ketika mereka mampu lepas dari kekangan gereja yang membatasi
ilmu pengetahuan, ilmuwan dan buku. Dan masih banyak lagi. Dan, peran ini, akan
tetap terus dirasakan di masa yang akan datang.
Salah satu fenomena yang menarik
membuktikan hal di atas. Pada kira-kira awal April (2012) lalu, The London Book
fair yang diadakan dalam beberapa hari menunjukkan bahwa dunia buku belum lagi
habis masanya, dan tidak akan. Ramainya pengunjung, mulai dari para penulis
ternama maupun amatiran, para peminat dan pembeli, bahkan membuat seorang penulis dan novelis yang
cukup terkenal dan seorang founder thecreativepenn.com, Joanna Penn,
merasa kurang berarti. Hal ini diakuinya dalam tulisannya di blognya tersebut.
Ada banyak hal menarik yang
disampaikan oleh Penn dari event tersebut, salah satunya mengenai para
penerbit yang ingin merangkul dunia digital namun merasakan keraguan. Keraguan
ini salah satunya adalah sulitnya memprediksi masa depan dunia cyber.
Ini menegaskan apa yang saya katakan di awal.
Apa yang ingin saya ungkapkan di
sini adalah, saya tidak mengatakan bahwa dunia internet tidak berarti apa-apa
di hadapan buku, tetapi keduanya bagai dua sisi mata koin. Saling menopang satu
sama lain, itulah yang seharusnya. Buku tetap menjadi pemeran utama, dan
Internet menopang dan sangat bisa dijadikan sebagai pemecah masalah yang
dihadapi dunia buku saat ini.
*)
Penulis adalah guru di MAS dan MTs Hidayatullah Medan
Posting Komentar
Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..