“Upss, Kena Dech..!!”

Oleh : Arif Al fikr *


Aku tau pantatku terasa panas, dan mataku tinggal 5 watt, ditambah lagi dengan panasnya matahari yang kian menyengat, serta asap dan debu yang membuat wajahku yang berkeringat makin mengkilat. tapi, sungguh aku tidak akan menghentikan bacaan Qur’anku yang tinggal 3 ayat, masuk  ke juz-15, tepatnya  pada surat An-Nahl ayat 126, tetapi  tiba-tiba seorang pemuda dengan jaz hitam ala orang kantoran, kira-kira berumur 33 thn, berhenti tepat di hadapanku dengan Jupiter-MX hitamnya seraya berkata.

“mas, di sini bias bayar zakat nggak ?...”
Sepontan akupun menjawab “iya, ada yang bisa saya bantu bang ?...” dengan suara yang sedikit ditekan  seraya berdiri dari kursi dan menjabat tanganya, kemudian mempersilahkanya duduk di atas kursi pastik biru yang ada di hadapanku.

Ketika itu aku lagi menjaga gerai BMH (baitul mal hidayatullah)-Samarinda. Tepatnya di Jln, kusuma bangsa, depan Balai kota atau depan POM bensin-samping-Hypermart-samarinda. Saat itu tepat pada Ramadhan yang ke-10, tepatnya pada hari jum’at (15-04-2011/11:27 WITA). Kemudian pemuda itu bertanya lagi.


“mas, ini punya Hidayatullah kan?...” tanyanya penuh selidik.
iya, memangnya kenapa bang?...” tanyaku penasaran sambil mengeryitkan kenigku.
“begini mas, “saya hanya ingin memastikan, “apakah ini beneran atau penipuan, sekarang kan banyak tuch, penipuan dengan modus kolektor zakat, apalagi di bulan Ramadhan seperti ini, ada yang ngaku dari pesantren ini-itu dan lain-lain, dan kita nggak tau danaya digunakan untuk apa?..., jangan-jangan buat yang bukan-bukan lagi”. Kata pemuda tersebut dengan expresi meragukanku.
“Ooo.. gitu, kataku, kemudian meyakinkannya. ya.. nggak mungkin lah bang, ini penipuan ! coba abang pikir yach, ngapain coba, kita mendirikan gerai zakat buka-bukaan gini di pinggir jalan, truz punya label dan alamat yang jelas, “tapi dengan tujuan buat nipu, ya.. nggak bang?...”. kataku dengan tegas dan sopan.
Kemudian pemuda tadipun berfikir sejenak seraya berkata, “begini mas, temen –temen saya di kantor pengen bayar zakat, tapi mereka nggak bisa ke sini, karena sibuk mengerjakan tugas-tugas kantor yang musti diselesaikan dalam waktu dekat ini, jadi, kalo mas nggak keberatan, bisa nggak terima zakat temen-temen di kantor sekarang?...”. katanya sambil berharap.
Akupun berfikir sejenak seraya menarik nafas, kemudian mendiskusikanya dengan temanku, yang kebetulan bertugas satu gerai denganku. “gimana nich Ran?... terima nggak tawarannya!”. Tanyaku bingun.
“terima ajach Ris..!” jawabnya tanpa pikir panjang, “sapa tau ajach yang bayar zakat banyak, apalagi pegawai kantor Bro, biasanya tuch, gede-gede loh”. Katanya sambil berbisik dan disertai expresi wajah gembira.
iya, juga yach..!” pikirku dalam hati. Tapi aku ingat, kami Cuma diberi amanah menerima zakat di gerai saja, bukannya ke kantor-kantor, “bukankah itu nggak amanah”. Pikirku bimbang. Tiba-tiba Randy memecahkan lamunanku.
“Hei..! Ris terima nggak?...” cerocosnya dengan tidak sabar seraya menyikut pinggangku. Tapi aku tetap tidak bergeming, bukan karena aku tuli atau tidak peka, tapi, sungguh aku melakukan itu karena ku takut melanggar amanah yang dipikulkan kepadaku. Tapi tiba-tiba Randy kembali menggodaku. “hei.. bro, coba kamu pikir, masa hanya karna menanti datangnya 100 ribu dengan duduk di gerai ini, iya.., kalo dapat!,  truz kita melepas 10 juta di kantor itu, ya nggak bro?... katanya meyakinkanku. “and 95% kita bakal dapat banyak”. Katanya lagi dengan harapan aku sependapat dengannya.
Oh-ya sobat, aku sampai lupa cerita kalau di setiap gerai di jaga oleh dua orang petugas. Jadi, apabila capek atau ngantuk darti salah satu petugas, bisa istirahat dan satunya lagi menjaga
“yach.. , kalo gitu !, terima sajalah”. Katakau sekena’nya
gerai, truz tiapa tiga hari sekali diadakan roling (patner maupun tempat kerja), dan semua ini hanya berlaku di bulan Ramadhan saja. Sedangkan di bulan-bulan lain, masyarakat bisa langsung berzakat di kantor BMH.
Ketika itu patnerku bernama Randy, asli manado, orangnya ganteng, berkulit putih dan berambut lurus, yach . wajah–wajah Minahasa gitu. Tapi, doi kurang disiplin dan suka suil-suilin cewek yang lewat, kadang malu-malui juga sich, tapi, orangnya enak diajak ngobrol kok, apalagi aku juga suka ngobrol, lebih-lebih kalau yang dibahas masalah akhwat. “he..he,, biasa cowok normal”.
Oh-ya sobat aku sampai lupa juga nich, memperkenalkan diriku. “Perkenalakan, “namaku Muhammad Aris, “tapi, teman-teman kadang memanggilku “Aris” atau “Ris”, kulitku putih dan berambut ikal, tentunya ganten, yach..”rada-rada mirip Marchel Alexcandra Winata gitu, he.. he..” kebiasanku makan ikan bakar dan minum susus serta membawa kertas dan pulpen kemanapun aku pergi, “yach..! berharap jadi penulis atau wartawan ternama di negriku, he..he...”.
Ketika kami lagi asik berdiskusi, walaupun terlihat seperti berdebat, tiba-tiba pemuda itu mengagetkan kami seraya berkata. “gimana mas?.., bisa nggak terima zakat teman-teman di kantor sekarang..?”. katanya tak sabar.
Oke..! bisa bang..!”. kejarku
“kalian pakai kendaraan?..” tanyanya lagi seraya melirik ke sekitar gerai kami.
nggak bang..!”. kataku tegas. “kami di sini diantar jemput pake mobil bang”. Sambungku l;agi.
“kalau gitu satu orang ikut saya saja, terus satu orang lagi jaga pos ini (gerai BMH), bukankah pos ini nggak boleh di tinggal, ya nggak mas?...”. katanya seolah member solusi. “ayo..! siapa yang ikut?...”. tanyanya lagi.
Akhirnya dari diskat (diskusi singkat) itu, akulah terpilih untuk menemani pemuda tersebut menuju kantornya. Karena aku lebih memahami tentang zakat ketimbang Randy, dan aku lebih dewasa daripada doi.
“Ayo..! siapa yang ikut”. tanya pemuda itu untuk yang kedua kalinya seraya menstarter Jupiter-MXnya.
“saya bang..!”. jawabku sambil merapikan bajuku yang berantakan karena kebanyakan bergerak.
ehmm… mas, biasanya ada kwitansinya”. Tanyanya lagi.
“ada bang”, jawabku sambil membuka laci meja, kemudian mengambil kwitansi tersebut dan memperlihatkanya.
“Oo.. bagus...!”. katanya sambil mengacungkan jempol kanannya. “Ayo..! kita berangkat”. Katanya lagi.
Akupun memasukkan kwitansi tadi kedalam tas eagerku, kemudian melangkah menuju motor pemuda itu, dan kamipun meluncur dengan kecepatan 30km/jam menuju kantor pemuda itu. Ketika di tengah perjalanan ia bercerita kepadaku kalau dia punya anak yang mondok di pesantren Hidayatullah Samboja. “yach aku sich percaya saja, apalagi temanku waktu di MTs (madrasah tsanawiyah) pernah bercerita kepadaku kalu do-i  berasl dari sono. Tak tersa pejalanan kami sudah memakan waktu 3 menit dan ketika kira-kira 2 menit lgi kita sapi ke kantor yang kita tuju, tiba-tiba pemuda tersebut menelpon seseorang.
“Halo..!” kata orang di sebrang sana “Bro.. aku dah bawa orangnya nich yang mau nerima zakat, nggak lama lagi aku nyampe nich”. Katanya terburu-buru.
Baru saja pemuda itu ingin berbicara lagi, tiba-tiba pulsanya habis, kemudian ia bertanya kepadaku. “mas..! punya Hp nggak?..”
“Punya bang, tapi pulsanya cuma seribu..!”. kataku sambil cengar-cengir.
“Oo.. gitu, ntar saya gantikan pulsanya”. Katanya meyakinkanku.
Nich bang..!  kataku sambil menyodokan Hpku dengan semangat.
Ketika itu posisi kami masih di atas motor yang masih sedang berjalan, sehingga pemuda itu hanya memintaku untuk menelpon nomor yang didiktekan kepadaku.
“Mas..! tolong telpon nomor ini, “08523784xxx”.
Akupu melaksanakan apa yang diperintahkan pemuda itu kepadaku, ketika aku menelpon nomor tersebut bersamaan dengan sapainya kami di arel parker kantor pemuda itu.
“Tuutt.. Tuutt.. Tuutt.. Tuutt.. Halo..!”. kata orang di sebrang sana.
Dengan terburu-buru aku sodorkan Hpku kepada pemuda itu sambil berkata, “nich bang..! udah masuk”. Kataku lagi.
“Halo bro.. tolong ambilkan duitku di ATM, coz aku nggak bawa duit nich”. Kata pemuda itu.
Kemudian kamipun berhenti dan akupun turun dari motor pemuda itu, kemudian dia menyuruhku meunggu di depan kantor karena dia ingin memarkir motornya di arel parker bagian belakang kantor.
Ketika itu dia masih sementara menelpon dengan menggunakan Hpku tadi, kemudian ia menuju areal parkir, bagian belakang kantor, sambil terus menelpon temanya. Tapi setelah kutunggu hingga 2 menit, pemuda itu tak kunjung datang menemuiku, maka timbullah rasa curiga di hatiku, “jangan-jangan aku ditipu”. Pikirku dalam hati.
Akhirnya kuputuskan menyusulnya di areal parkir bagian belakang kantor tersebut, tapi aku tak menemukan pemuda itu di sana hatta motornya sekalipun. Dan alangkah terkejutnya aku, ketika ku tau ada jalan keluar melalui areal parkir bagian belakang kantor itu.
Akupun berlari menuju jalan keluar areal parkiran tersebut, tapi pemuda itu sudah tak ada batang hidungnya, akupun bertanya kepada pegawai kantor yang kebetulan sedang berbincang-bincang di pinggir jalan tersebut.
“Mas..! liat motor Jupiter-MX yang baru lewat sini nggak”. Kataku ngos-ngosan seraya berharap pegawi itu mengenalinya.
Pegawai itupun menjawab, “yang baru lewat tadi, udah ke arah sana mas”. Kata pegawai itu sambil menujjuk ke arah barat jalan tersebut.
Ups..!. kena dech”. Kataku keceplosan.
“Memangya kenapa mas?..”. Tanya pegawai itu penasaran.
Akhirnya akupun menceritakan kejadian yang baru kualami kepada pegawai kantor tersebut, kemudian pegawai itu memberiku nasihat, agar lebih berhati-hati dan jagan mudah percaya dengan oraang lain, palagi orang yang tidak kita kenal.
Tapi menurut aku ini adalah peringatan dari allah karena aku kurang amanah dalam menerima tugas, aku diberi tugas hanya menerima zakat di gerai saja, tapi aku mau menerima zakat di kantor juga, bukankah ini kurang amanah, ya nggak syeh?.. 

*) Penulis adalah anggota Asosiasi Penulis Islam (API) Indonesia

Teruskan :

Posting Komentar

Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Asosiasi Penulis Islam (API) Surabaya - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger