Hijab... Oh Hijab...


Oleh Nita Ridwansyah*
Berbicara mengenai hijab, pastinya sudah tidak asing lagi dikalangan kita, khususnya bagi para muslimah di Indonesia. Hijab atau jilbab memang bukan barang baru lagi. Begitu banyak buku, artikel, bahkan forum-forum diskusi yang membahas permasalahan ini. Bahkan, mode berhijab sudah menjadi tren masa kini. Mulai dari kalangan artis, istri para pejabat dan menteri hingga masyarakat umum pun juga tak mau ketinggalan model terkini.
Sekarang ini kita begitu mudah menjumpai para muslimah berhijab. Di jalan-jalan, trotoar, mall, pasar, perkantoran dan tempat-tempat umum lainnya. Selain itu, kita juga tak perlu bersusah payah untuk membeli perlengkapan berhijab karena sudah banyak toko-toko yang menjual aneka ragam mode-mode hijab. Bahkan yang lebih canggih, kini juga tersedia toko online. Kita tinggal memesan dan barang akan siap dikirimkan.

Semua kemajuan itu memang patut kita syukuri. Para muslimah kini menjadi lebih bebas untuk mengenakan hijabnya. Beda halnya di era tahun tujuh puluhan sampai delapan puluhan. Muslimah berhijab bagaikan barang langka. Terlebih di berbagai instansi memang ada peraturan dilarang memakai hijab. Begitu ironi ditengah mayoritasnya umat Islam di bumi pertiwi.
Pergeseran Makna
Sayang seribu sayang, kini hijab mulai kehilangan substansinya. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, ditambah lagi hegemoni Barat yang kian menggebu, sekarang pemakaian hijab tak lebih dari sekedar ajang saling adu. Adu kecantikan, kemewahan. Para muslimah berlomba-lomba membeli dan mengenakan hijab “terbaik”-nya. Apalagi kian menjamur model-model hijab terbaru-katanya sih “jilbab gaul”-yang justru jika dicermati malah jauh dari kata syar’i.
Lihat saja, bagaimana bisa dikatakan syar’i jika model berhijab terkini adalah jilbab yang dililit-lilitkan di leher, tidak menutupi bagian yang seharusnya ditutup, ketat, transparan, bahkan aksesoris di sana-sini. Apakah seperti itu model berhijab yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya?
Berkaitan dengan itu, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam sudah pernah mewanti-wanti dan memberikan gambaran dalam sabdanya yakni,
Dua golongan termasuk ahli neraka dan saya belum pernah melihatnya. Suatu kaum yang memegang cambuk seperti seekor sapi yang digunakan untuk mencambuki manusia dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, sesat dan menyesatkan. Kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan mencium aromanya. Sesungguhnya aroma surga itu tercium dari jarak sekian dan sekian.(H.R Muslim dalam kitab Shahih-nya, VI/166)
Dalam hadits tersebut terdapat satu gambaran yang persis seperti fenomena berhijab saat ini. Hijab tidak lagi berfungsi menutupi tubuh melainkan membalut tubuh. Begitu transparan, hingga terkesan seperti “berpakaian tapi telanjang”. Parahnya lagi jika sampai masuk dalam perilaku tabarruj yakni sengaja menampakkan sesuatu yang semestinya disembunyikan. Hal ini jika dibiarkan tentunya akan berdampak timbulnya berbagai fitnah sebagaimana Ni’mat Shidqi mendefinisikan tabarruj dalam bukunya yang berjudul “Tabarruj” yakni menampakkan kecantikan dan memamerkan daerah-daerah yang mengundang fitnah dan keelokan wajah.
No Excuse...!! 
Di dalam Islam, wanita begitu dimuliakan. Mengangkat derajat dan kedudukannya serta mmbersihkan keberadaannya. Karena itulah Islam mensyari’atkan penggunaan jilbab atau hijab agar kaum muslimah dapat menutupi auratnya, sehingga tidak diganggu oleh orang-orang yang di dalam hatinya diliputi kejahatan. Itulah bukti cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita.
Betapa Allah sangat menyayangi dan mencintai kita lewat syari’at-syari’at-Nya. Betapa Allah tidak ingin kita-para muslimah-terjerumus dalam kehinaan dan kebinasaan. Terkadang mungkin sebagian besar diantara kita muncul asumsi-asumsi seperti “Jilbab lebar itu kuno..!!”, “Jilbab gede itu bikin gerah tauu..!!”, nggak modis-lah, dan masih banyak alasan-alasan lainnya. Bahkan yang lebih ekstrem sampai ada yang menanyakan,”emangnya jilbaban itu harus?? Bikin nggak bebas aja..!!”.
Padahal hijab atau jilbab syar’i itu mudah, murah, nggak pake ribet pula. Karena yang terpenting adalah hijabnya harus menutupi seluruh badan (Q.S 24:31), tidak berfungsi sebagai perhiasan (maksud disini juga termasuk tabarruj /Q.S 33:33), tebal dan tidak transparan, longgar dan tidak ketat, tidak diberi wewangian, bukan pakaian Syuhrah, tidak menyerupai pakaian laki-laki, tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir.
Semua asumsi-asumsi diatas sebenarnya bukanlah menjadi suatu alasan bagi kita untuk tidak menaati perintah-Nya. Karena sejatinya itu semua hanyalah segumpal nafsu yang kian melulu. Semakin dituruti, semakin menjadi. Dan pada akhirnya hanya akan membawa kita pada azab-Nya yang pedih dan abadi.
Na’udzubillahimindzalik.
Kutemukan cinta dalam berhijab
Tak dapat dipungkiri, mungkin sebagian dari kita ada yang pernah mengalami masa-masa transisi dalam berhijab. Termasuk diri saya pribadi. Masih teringat jelas betapa dulu saya tak pernah menghiraukan syariat-Nya yang satu ini. Meski saya berlatar belakang pendidikan Islam, kecuali waktu SD, saya tak pernah sedikitpun mendapatkan makna sesungguhnya dalam berhijab. Bagi saya jilbab atau hijab hanya sekedar pakaian wajib ketika di sekolah, tak ada kenikmatan sama sekali. Jilbabnya tipis, transparan pula.
Seiring berjalannya waktu, semua mulai berubah. Ketika saya mulai merasa ada kekosongan dalam jiwa, hidayah-Nya hadir tak terduga. Lewat sosok-sosok akhwat sejati yang Dia pertemukan dengan saya ketika masih tinggal di Bekasi, saya pun mulai giat berbenah diri. Bahkan belajar berhijab langsung dari para ukhtiy.
Alhamdulillah, kini diri ini mulai menemukan esensi hijab yang sesungguhnya. Ternyata begitu terasa cinta dan kasih sayang-Nya. Saya bahkan merasa seperti terlahir kembali. Subhanallah wal hamdulillah. Tak henti-hentinya diri ini mengucap syukur pada Ilahi atas nikmat hidayah yang tak terhingga ini. Meski saya tahu, perjuangan memakai hijab ini-bahkan ketika saya mantap memutuskan untuk memakai niqab- akan terus dijalani, terlebih melihat aral rintangan yang datang silih berganti.
Begitu banyak cerita dan pengalaman yang mampir di telinga saya berkenaan dengan berhijab. Sungguh luar biasa, karena begitu banyak para muslimah yang mulai menemukan cinta sejati-Nya ketika mereka memutuskan untuk berhijab. Tak sekedar hijab penutup diri, melainkan hijab yang menghias lahir dan batin. Begitu indah, menentramkan jiwa, dan tentunya sesuai syari’at-Nya.
Teruntuk para ukhti di bumi cinta-Nya
Yuk, kita bergandengan tangan menyambut seruan dan cinta-Nya. Percayalah, tak kan ada yang sia-sia jika kita menaati perintah-Nya. Bahkan tak sekedar perintah, melainkan inilah bentuk cinta dan kasih sayang-Nya.
Sedikit demi sedikit mari kita bersihkan hati. Sebelum kita mengingkari perintah-Nya, ingat-ingatlah segala nikmat-Nya. Atau sanggupkah diantara kita mengkufuri setiap nikmat yang diberikan-Nya? Bukankah Allah telah menyindir kita lewat ayat-Nya,di dalam surat Ar-Rahman ”Fabiayyi aa-laa irobbikumaa tukadz-dzibaan,” Dan nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?. Jawabannya jelas, NOTHING.
Hijab Syar’i… My Life… My Choice….How about u guys..???? ^_^
Dalam kekosongan makna
Dalam rapuhnya pondasi jiwa
Ku temukan sejatinya cinta
Cinta itu begitu terasa… membangun asa…
Hingga diri ini tak mampu berpaling darinya
Cinta itu begitu melekat… memikat…
Semakin tercekat …terjerat titah untuk sentiasa mengingat segala nikmat

Wahai Sang Pemilik Cinta
Engkau tak pernah segan menebar cinta
Padaku…hamba-Mu yang begitu jauh dari sempurna
Sempurna untuk mencintai-Mu seutuhnya
Sempurna menjalankan syari’at-Mu secara kaffah dan nyata

Wahai Sang Pemilik Rindu
Lihatlah jiwa ini yang kini kian merindu
Merindu tatapan-Mu…Di keheningan sepertiga malam-Mu…
Berbekal Khouf dan Roja’ pada-Mu..
Aku memohon ampunan-Mu….Aku memohon bimbingan-Mu
Untuk sentiasa tegar dan istiqomah di jalan-Mu
Istiqomah mnghijabi diri.. dengan balutan pakaian syar’i..
Istiqomah menghijabi hati….
dengan segala tuntunan-Mu..arahan-Mu…
yaa… Ilahi Robbi…
*Sebuah epilog dari jiwa yang semakin merindu-Nya

*Penulis adalah anggota API Surabaya dan Aktivis LDK.
Teruskan :

+ Komentar + 3 Komentar

23 September 2013 pukul 05.02

allhamdulilah sudah mulai berhijab dengan hati yang ikhlas

11 Oktober 2013 pukul 20.00

masyaallah izin share ukhtii.............

27 Februari 2014 pukul 21.27

setuju... tapi ukht..gimana ya biar hijab yang trend sekarang tetap syar'i...

Posting Komentar

Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Asosiasi Penulis Islam (API) Surabaya - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger