Oleh: Luqman Hakim
Para pendukung LGBT
biasanya berargumen bahwa perilaku abnormal mereka merupakan bawaan sejak
lahir. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berperilaku
demikian yang dimulai sejak kecil.
Salah satu faktor
tersebut adalah media. Media seperti televisi, koran, majalah, dan media sosial
(facebook, twitter, dan lain-lain) dinilai
bisa merubah anak menjadi LGBT. Televisi, misalnya, sering menayangkan
program yang mengarah kepada perilaku
menyimpang tersebut. Sehingga seorang anak yang sering menonton tayangan
tersebut akan meniru apa yang dia lihat.
Hal itu disampaikan
oleh peneliti INSIST Dr. Nirwan Syafrin sewaktu memberikan tausiah di hadapan
mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim (STAIL) Hidayatullah
Surabaya pada Sabtu (20/2/2016).
“Anak-anak dipaksa
menjadi LGBT. Setiap hari ada tayangan TV yang mengajak anak-anak berperilaku
menyimpang ini. Kalau tidak hati-hati maka TV akan menjadi monster”, ujarnya.
Selain televisi, media
sosial juga dinilai sangat berdampak besar dalam merubah orientasi seksual
anak. Wakil rektor Wakil Rektor Universitas Ibnu Khaladun (UIKA) Bogor ini
menyebutkan bahwa baru-baru ini Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan anak menemukan 3000 anak telah terjaring dalam kelompok
berorientasi seksual menyimpang yang tergabung dalam sebuah grup di media
sosial.
Hal ini, menurutnya,
menunjukkan bahwa media sosial memiliki pengaruh yang sangat besar untuk
menjadikan orientasi seksual anak menyimpang.
“Dengan adanya group
semacam itu di media sosial sangat memungkinkan para pelaku LGBT mengajak
anak-anak kecil berperilaku seperti mereka”, ujarnya.
Maka dari itu, alumnus ISTAC Malaysia ini berpesan
kepada para mahasiswa yang hadir agar ikut memperjuangkan dakwah melalui media.
“Kalian para mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam mempunyai tugas
berat. Kalian harus bisa ikut berjuang dalam dakwah melalui media ini”,
ucapnya.
*penulis adalah
anggota API
Posting Komentar
Tanggapi atas dasar dari lubuk hati dengan ilmu yang Anda miliki..